Trump Teken Stimulus, Siap-siap Emas Bakal ke US$ 1.900 Lagi!

Tahun 2021 benar-benar sudah di depan mata. Namun harga emas masih belum mampu tembus level psikologis US$ 1.900/troy ons. Malahan pekan lalu harga logam kuning tersebut justru mengalami pelemahan.

Di akhir perdagangan minggu lalu, harga emas spot dibanderol di US$ 1.875,82/troy ons. Di sepanjang bulan Desember ini harga emas berhasil menyentuh level tertingginya pada 17 Desember lalu di US$ 1.885,87/troy ons.

Secara tren mingguan, volatilitas dari capital gain emas mulai tampak sejak bulan Agustus berbarengan dengan merosotnya harga emas dari level tertinggi sepanjang sejarah.

Mengawali perdagangan pekan ini Senin (28/12/2020), harga emas dunia mengalami kenaikan cukup signifikan sebesar 0,96% ke level US$ 1.893/troy ons. Kenaikan harga emas ini terjadi seiring dengan semakin melemahnya dolar AS.

Kenaikan harga emas juga didukung berita positif yang datang dari Washington DC. Setelah hampir tiga hari RUU bantuan fiskal jilid II bernilai US$ 900 miliar menganggur di meja Donald Trump dan bahkan Presiden ke-45 AS mengancam tak akan menandatanganinya, akhirnya RUU tersebut sah menjadi UU.

Trump sebelumnya meminta kongres untuk menaikkan besaran nominal stimulus jilid II tersebut karena dinilai jumlahnya terlalu kecil. Adanya kabar positif terkait stimulus ini membuat harga emas terkerek naik.

Emas merupakan salah satu jenis aset minim risiko (safe haven). Perannya sebagai aset lindung nilai (hedging) membuat harganya melesat tajam ketika perekonomian dalam kondisi terpuruknya seperti saat ini.

Saat output perekonomian global diperkirakan menyusut di kisaran 4%-5%, harga emas justru mengalami apresiasi lebih dari 20% sepanjang tahun ini. Lantas apakah tren ini akan berlanjut?

Sebelumnya perlu diketahui lebih dulu bahwa kenaikan harga emas di tahun 2020 selain dipicu oleh tingginya permintaan terhadap aset lindung nilai di tengah resesi ekonomi global akibat pandemi Covid-19 juga karena biaya peluang memegang aset tak berimbal hasil ini menjadi rendah.

Kebijakan moneter ultra-akomodatif melalui pemangkasan suku bunga acuan secara agresif dan injeksi likuiditas yang masif membuat keperkasaan dolar AS tumbang. Indeks dolar merosot ke level terendahnya dalam dua setengah tahun terakhir.

Depresiasi dolar AS membawa berkah bagi emas karena keduanya punya korelasi yang negatif. Artinya harga emas dan greenback cenderung bergerak berlawanan arah. Ketika dolar ambles harga emas cenderung terapresiasi.

Koreksi lanjutan dolar AS dan kinerja aset safe haven lain berupa obligasi pemerintah AS yang berada di teritori negatif di 2021 kemungkinan masih akan menjadi hal yang positif untuk emas.

Untuk tahun depan yang tinggal tiga hari lagi, harga komoditas, termasuk emas diperkirakan masih bisa naik karena mulai terlihat tanda-tanda awal dari supercycle bull jangka panjang. Hal tersebut diungkapkan oleh Steve Hanke, profesor ekonomi terapan di Johns Hopkins University kepada Kitco News.

“Pasokan sangat terbatas, stok sangat rendah, dan kemudian ketika ekonomi mulai bergerak dan bergerak maju, harga komoditas naik dan Anda benar-benar memulai supercycle. Saya pikir kita melihat tanda-tanda awal yang mungkin terjadi,” kata Hanke.

Namun ada hal lain yang juga perlu dicermati. Prospek perekonomian yang mulai bergeliat dan dolar AS yang lemah akan membuat investor beralih ke aset-aset lebih berisiko dengan cuan lebih tebal.

Akan ada aliran dana dalam jumlah besar menuju ke negara-negara berkembang (emerging market) di tahun depan. Kemungkinan besar investor akan mengalokasikan dananya ke aset-aset seperti ekuitas, komoditas bahkan aset yang cenderung bersifat spekulatif pun seperti cryptocurrency Bitcoin.

Apabila investor lebih banyak menggelontorkan dananya ke arah saham maka emas cenderung memiliki potensi penguatan yang lebih rendah. Namun hal tersebut bukan berarti emas akan langsung drop begitu saja mengingat logam kuning tersebut masih ditopang dengan fundamentalnya yang kuat.

Setidaknya banyak dari kalangan analis yang memperkirakan harga emas masih bisa tembus US$ 2.000/troy ons pada 2021 nanti.

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Suara.com

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *