Harga Minyak Melonjak Karena Pasokan Ketat
Harga minyak mentah rebound pada penutupan perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB) dari kerugian tajam dalam dua sesi sebelumnya, karena investor mengembalikan fokus mereka ke pasokan yang ketat meskipun ada kekhawatiran yang mengganggu tentang potensi resesi global.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September terangkat 3,96 dolar AS atau 3,9 persen menjadi USD104,65 per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS melambung USD4,20 atau 4,3 persen, menjadi USD102,73 per barel.
Indeks-indeks utama Wall Street dibuka lebih tinggi, menebus beberapa kerugian pekan lalu terkait dengan kekhawatiran resesi karena bank sentral secara agresif menaikkan suku bunga untuk melawan inflasi.
“Dengan pasokan minyak Rusia yang akan turun seiring berjalannya tahun dan dengan sisa OPEC yang putus asa tidak berinvestasi dalam mempertahankan kapasitas produksi, saya khawatir hari-hari minyak USD100 akan bersama kita untuk beberapa waktu,” kata Analis Pasar Senior di Oanda Jeffrey Halley dikutip dari Antara, Jumat, 8 Juli 2022.
Di sisi pasokan, para pedagang bersiap untuk gangguan pasokan minyak di Caspian Pipeline Consortium (CPC), yang telah diberitahu oleh pengadilan Rusia untuk menangguhkan aktivitas selama 30 hari.
Ekspor melalui CPC, yang menangani sekitar satu persen pasokan minyak global, masih mengalir hingga Rabu, 6 Juli 2022.
Lebih lanjut menekan pasokan global, Washington memperketat sanksi terhadap anggota OPEC Iran. AS menekan Teheran karena berusaha untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015 dan melepaskan ekspornya.
Harga minyak telah turun dalam beberapa minggu terakhir karena investor khawatir bahwa perlambatan ekonomi yang tajam dapat menekan permintaan komoditas.
“Penjualan margin call yang tampaknya memacu sebagian besar penurunan harga minggu ini kemungkinan telah selesai,” kata Presiden Ritterbusch and Associates LLC Jim Ritterbusch.
Badan Informasi Energi AS mengatakan stok minyak mentah AS naik 8,2 juta barel pekan lalu, didorong oleh peningkatan persediaan dan karena penyulingan memangkas produksi.
Namun, produk yang dipasok, proksi terbaik untuk permintaan konsumen AS, naik dalam minggu terakhir menjadi 20,5 juta barel per hari.
“Hampir setiap indikator dalam laporan itu tampaknya menunjukkan bahwa hanya permintaan yang mendapatkan momentum,” kata Analis di Grup Price Futures Phil Flynn.
Sumber : medcom.id
Gambar : Medcom.id