Harga Minyak Siap Balik ke US$ 70/Barel, Ini Tandanya

Harga minyak mentah mengalami kenaikan pada perdagangan perdana pekan ini, Senin (15/3/2021). Harga si emas hitam masih bergerak di rentang level tertingginya dalam satu tahun terakhir.

Harga kontrak futures (berjangka) Brent naik 0,23% ke US$ 69,38/barel. Harga minyak berjangka West Texas Intermediate (WTI) yang juga dikenal dengan sebutan light sweet terapresiasi 0,34% ke US$ 65,85/barel.

Harga minyak mentah Brent semakin mendekati level psikologisnya di US$ 70/barel seperti minggu lalu saat ada serangan drone ke fasilitas dan pelabuhan ekspor minyak Arab Saudi di Ras Tanura oleh kelompok pemberontak Houthi.

Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC) memperkirakan permintaan bakal melesat karena ekonomi dunia mulai pulih dari pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).

OPEC memperkirakan perminyaan minyak dunia tahun ini akan naik sebanyak 5,89 barel per hari (bph). Lebih tinggi 6,5% dibandingkan perkiraan yang dibuat bulan lalu. Laporan OPEC menyebut total permintaan minyak diperkirakan mencapai 96,3 juta bph. Namun peningkatan permintaan sepertinya baru terjadi pada semester II.

Meski demikian, permintaan minyak belum kembali seperti masa sebelum pandemi. Sebab bagaimanapun aktivitas dan mobilitas masyarakat masih relatif terbatas. Sektor-sektor yang padat energi, utamanya perjalanan dan transportasi, masih akan merasakan dampak pandemi.

Sektor-sektor tersebut dinilai tidak akan banyak menyumbang terhadap peningkatan permintaan. Selain karena peningkatan permintaan, kenaikan harga minyak juga didorong oleh komitmen negara-negara OPEC untuk mengurangi produksi.

Pada Februari 2021, produksi minyak negara-negara OPEC berkurang 650.000 bph menjadi 24,85 juta bph. Pengurangan produksi terbanyak terjadi di Arab Saudi, yaitu minus 956.000 bph menjadi 8,15 juta bph.

Analis RBC Capital mengatakan fundamental untuk bensin musim panas adalah yang paling bullish dalam hampir satu dekade. Amerika Serikat sebagai konsumen minyak terbesar dunia, melihat penurunan besar pada stok bensin AS minggu lalu karena badai musim dingin di Texas mengganggu produksi di kilang minyaknya.

“Harga minyak yang lebih tinggi yang berkelanjutan diharapkan mendorong produsen AS untuk meningkatkan produksi, yang pada akhirnya dapat membebani harga,” tulis analis JPMorgan sebagaimana dilaporkan Reuters.

JPMorgan memperkirakan produksi minyak AS rata-rata 11,36 juta bph tahun ini dibandingkan dengan 11,32 juta bph pada 2020.

Awal pekan ini, pemerintah merevisi penurunan produksi minyak mentah AS pada 2021. Output terlihat turun 160.000 bph menjadi 11,15 juta bph. Penurunan ini lebih kecil dari perkiraan bulanan sebelumnya sebesar 290.000 bph.

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Kompas.com

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *