Mengurai Benang Kusut PSSI dan Shin Tae Yong

Polemik antara PSSI dan pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae Yong, tak kunjung usai. Benang kusut di antara kedua pihak layaknya sinetron yang terus berlanjut.

PSSI dan Shin Tae Yong pernah bersitegang pada pertengahan tahun lalu. Berawal dari pernyataan pelatih 51 tahun yang mengaku kecewa dengan PSSI yang diungkapkannya di media Korea Selatan, mulai dari menyebut PSSI sulit dipercaya, hingga ketidaksukaan terhadap Indra Sjafri yang diangkat menjadi Direktur Teknik PSSI.

Bahkan Shin Tae Yong sendiri sempat enggan balik ke Indonesia. Rentetan ulah Shin Tae Yong itu sontak membuat PSSI bereaksi keras kala itu.

Tak sampai di situ, pemilihan lokasi pemusatan latihan (TC) Timnas Indonesia U-19 juga sempat membuat polemik lain. Shin Tae Yong sempat menawarkan pemusatan latihan Timnas Indonesia dilakukan di Gyeongju, Korea Selatan, namun ditolak PSSI.

Hubungan Shin Tae Yong dengan Indra Sjafri juga sempat tidak harmonis. Sikap Indra Sjafri yang pulang tanpa izin dari bandara setelah dari Chiang Mai, Thailand, juga sempat Shin Tae Yong kesal karena dianggap tidak profesional.

Kondisi itu ditambah dengan penunjukan Indra Sjafri menjadi Direktur Teknik PSSI oleh federasi dua bulan pasca-pemusatan latihan (TC) di Thailand yang sempat membuatnya kecewa.

Pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong (kanan) berbincang dengan asisten pelatih Indra Sjafri saat seleksi pemain Timnas Indonesia U-19 di Stadion Wibawa Mukti, Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Senin (13/1/2020). Sebanyak 51 pesepak bola hadir mengikuti seleksi pemain Timnas U-19 yang kemudian akan dipilih 30 nama untuk mengikuti pemusatan latihan di Thailand.

Hampir enam bulan berlalu, benang kusut itu ternyata belum juga terurai. Bahkan tambah kusut, di mana permasalahan yang hampir sama kembali terjadi.

Shin Tae Yong dikabarkan ‘ngambek’ lagi ke PSSI. Bahkan, ia disebut mengingkari kesepakatan yang telah dibuat untuk kembali ke Jakarta pada 1 Desember lalu usai cuti selama sebulan sepulang dari TC di Kroasia akhir Oktober lalu.

Lagi-lagi yang merasakan dampaknya adalah pemain Timnas Indonesia U-19 yang selama sebulan terakhir terus menjalani latihan di Jakarta yang dipimpin asisten pelatih, Nova Arianto.

“Persiapan maksimal adalah syarat keberhasilan. Situasi ini berpotensi mengganggu pencapaian Timnas Indonesia. [Masalah] yang seperti ini harus diselesikan, dicari solusinya.”

“Harus ada pihak dari PSSI yang bisa berkomunikasi baik dengan Shin Tae Yong dan juga punya power untuk mempengaruhi dia. Tanggung jawab Shin Tae Yong ini ke Direktur Teknik, tapi sepertinya hubungan keduanya tidak terlalu asyik. Harusnya mereka hubungannya asyik dan ada respek,” ucap M. Kusnaeni, pengamat sepak bola nasional kepada CNNIndonesia.com.

Demi pencapaian target prestasi Timnas Indonesia di berbagai level yang menjadi tanggung jawab Shin Tae Yong sebagai Kepala Pelatih serta PSSI sebagai federasi, benang kusut ini harus diluruskan. Terlebih, tahun depan semua level Timnas akan tampil di sejumlah turnamen penting.

Sebut saja, Timnas U-19 yang akan tampil di Piala Asia U-19 pada 3-20 Maret 2021 dan dilanjutkan ke Piala Dunia U-20 pada 20 Mei-12 Juni 2021. Ada juga empat laga lanjutan Timnas Indonesia senior di Kualifikasi Piala Dunia 2022 dan Piala AFF di akhir 2021, kemudian SEA Games 2021 di Vietnam yang menurunkan Timnas U-23.

Belum lagi sejumlah agenda Timnas U-16 yang bakal tampil di Piala AFF U-15 dan Piala Asia U-16 tahun depan.

“Sebenarnya saya agak prihatin melihat pola hubungan pelatih Timnas kita dengan federasi. Seharusnya banyak yang tidak perlu terjadi. Kondisi ini [polemik PSSI dengan Shin Tae Yong] sudah dua kali, masa sih berulang-ulang terus. Waktu pertama masih bisa dipahami jika ada komunikasi yang tersendat. Tapi harusnya tidak terjadi lagi. Kenapa terulang lagi dengan masalah yang itu-itu saja,” tanya Kusnaeni heran.

Di sisi lain, Kusnaeni juga prihatin karena federasi sepak bola Indonesia seolah seperti tidak ada wibawanya di mata seorang pelatih asing. Menurutnya, jika benar hak seorang pelatih dipenuhi sesuai kesepakatan profesional, kenapa Shin Tae Yong bisa seenaknya melanggar komitmen sendiri, yang berarti dia kurang respek terhadap federasi yang merekrutnya secara profesional.

“Padahal kalau ikatan kerja profesional semua sudah dipetakan dengan jelas hak dan kewajibannya. Jika ada kesepakatan yang dilanggar, semua ada konsekuensi dan Itu patokannya. Tapi ini seolah tidak berlaku di kasus Shin Tae Yong dan PSSI yang seperti tidak punya gigi.”

“Apa karena hak-haknya yang tidak terpenuhi oleh PSSI, atau memang Shin Tae Yong yang mengingkari kesepakatan itu. Kalau kesepakatan jelas, federasi harusnya berani memberikan hukuman, misalnya potongan gaji atau teguran tergantung kesalahannya. Aturan main dalam kontrak profesional harus ditegakkan,” ujar Kusnaeni.

Namun, sejauh ini PSSI juga bersikap hati-hati dan tidak gegabah dalam menangani polemik yang terjadi dengan Shin Tae Yong. Pasalnya, Shin Tae Yong telah membuktikan kualitasnya sebagai pelatih level Piala Dunia yang mampu mengangkat performa Timnas Indonesia U-19 ketika menjalani TC di Kroasia.

Hasil positif Garuda Muda di Kroasia dalam 11 kali uji coba membuat Shin Tae Yong dianggap punya kinerja yang bagus di mata masyarakat Indonesia.

Aksi Timnas U-19 menghadapi North Macedonia U-19Timnas Indonesia U-19 akan tampil di Piala Dunia U-20 tahun depan. (dok. PSSI)
“Shin Tae Yong disukai publik karena prestasinya sejauh ini jelas di mata masyarakat,” sebutnya.

Selain itu, pandemi Covid-19 yang terjadi sejak awal 2020 juga menghambat banyak hal. Bisa jadi, masih menurut Kusnaeni, perkembangan covid-19 di Indonesia yang terus dipantau Shin Tae Yong melalui pemberitaan menjadi alasan Shin Tae Yong menahan diri untuk belum datang ke Indonesia.

Tak hanya itu, pandemi Covid-19 juga sedikit membawa keberuntungan buat Timnas Indonesia. Di tengah benang kusut polemik PSSI dan Shin Tae Yong, banyak agenda internasional yang tertunda sehingga persiapan tim tidak terlalu berdampak.

Lihat juga: 6 Pesepakbola yang Bela Muslim Uighur, Griezmann yang Terbaru
“Namun, tetap saja ketidakhadiran pelatih kepala dalam program mengganggu kredibilitas timnas dan keharmonisan tim. Meskipun di negara-negara lain, persiapan Timnasnya tetap berjalan semestinya di tengah pandemi Covid-19.”

“Di situasi ini, tanggung jawab Shin Tae Yong dipertanyakan. Sebab itu, PSSI harus diberikan tanggung jawab yang sudah semestinya dengan menyusun program sepenuhnya. Kalau kita kasih kepercayaan terhadap pelatih asing, mereka akan memberikan tanggung jawab penuh. Dia juga akan minta tanggung jawab penuh untuk melakukan persiapan. Kalau diutak-atik mereka juga tidak nyaman karena dianggap memasuki ruang kekuasaan dan otoritasnya,” terang Kusnaeni.

Pelatih asal Korea Selatan dikenal sebagai sosok yang keras kepala, disiplin dan saklek pada aturan. Apapun penyebab hubungan Shin Tae Yong dan PSSI yang terus tidak harmonis, benang kusut itu harus segera diperbaiki, demi prestasi Timnas Indonesia di 2021.

“Jangan sampai benang kusut Shin Tae Yong dan PSSI ini terus berlanjut. Masyarakat kita ini ukurannya prestasi timnas. Jangan sampai masyarakat berbalik menyerang PSSI karena persoalan ini bukan sesuatu yang krusial dan substantif tapi bersifat administratif. Jangan sampai persoalan besar untuk menjadikan Timnas Indonesia berprestasi jadi terganggu,” ujar Kusnaeni.

 

Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : CNN Indonesia

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *