Ekonomi Dunia Bakal Melambat, Kilau Emas Tak Redup

Di hari kedua perdagangan pekan ini, logam mulia emas masih melanjutkan penguatannya. Saat ini kondisi global masih memberikan ruang untuk harga emas kembali merangkak naik.

Selasa (21/1/2020) harga emas di pasar spot kembali mendekati harga tertingginya di tahun ini. Pada 09.10 WIB harga emas menyentuh level US$ 1.565,25/troy ons menguat 0,25% dibanding posisi penutupan perdagangan kemarin.

Pada saat pertemuan World Economic Forum (WEF) di Davos, Dana Moneter Internasional (IMF) menyampaikan outlook ekonomi tahun 2020. Poin yang disorot oleh IMF adalah pertumbuhan ekonomi global yang masih akan ‘melambat’.

Untuk 2020 dan 2021, IMF kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global. Untuk tahun ini IMF meramal pertumbuhan ekonomi berada di angka 3,3% lebih rendah dari angka Oktober tahun lalu yang berada di angka 3,4%.

Sementara untuk tahun 2020 IMF memangkas ramalan pertumbuhan ekonomi globalnya menjadi 3,4% dari sebelumnya 3,6%. Hal ini disebabkan karena India dan sebagian negara berkembang lain mengalami perlambatan ekonomi lebih tajam dari yang diperkirakan.

Bahkan ketika menyampaikan soal hubungan Amerika Serikat (AS) dan China yang membaik karena damai dagang fase satu, IMF menyatakan hal tersebut tak akan terlalu signifikan mendongkrak ekonomi.

Pasalnya kesepakatan awal antara keduanya tak menyasar poin utama perselisihan yang terjadi selama ini dan tak terlihat adanya kesepakatan yang menyebut reformasi di dalamnya.

“Kita masih belum mencapai titik baliknya” kata Kristalina Georgieva, Managing Director IMF di WEF. “Kenyataannya adalah kita masih menyaksikan pertumbuhan ekonomi masih melambat” tambahnya.

Georgieva juga menyorot ketegangan yang terjadi di Timur Tengah awal tahun ini. Ketegangan kembali naik setelah pimpinan militer tinggi Iran Jenderal Qassem Soleimani dinyatakan tewas dalam konvoi menuju Bandara Internasional Baghdad. Soleimani tewas dalam serangan udara yang diperintahkan oleh Presiden AS ke-45 Donald Trump.

Tindakan itu dikecam oleh Iran. Selang tak berapa lama, Iran membalasnya dengan menghujani pangkalan militer AS di Ayn Al Asad di Irak dengan roket. Setelah peristiwa itu terjadi Trump memberikan pernyataan bahwa dirinya tak akan membalas serangan itu dan lebih memilih sanksi ekonomi baru untuk Iran.

Akibat pernyataan tersebut, konflik sedikit mereda. Namun ketegangan tak lantas hilang. Nyatanya serangan tiga roket jenis Katyusha masih menghantam zona internasional AS di Irak.

Dua roket itu bahkan mendarat dekat dengan kedubes AS di Irak. Belum ada keterangan resmi dari AS terkait hal ini. Namun roket tersebut dikabarkan diluncurkan dari daerah Zarafaniyah dekat Baghdad.

Ketegangan tak hanya terjadi antara poros AS dan Iran saja. Libya juga memanas. Kubu Libyan National Amy (LNA) pimpinan Jenderal Khalifa Haftar melakukan blokade militer hingga menyebabkan tutupnya fasilitas produksi minyak di bagian barat daya El Sahara dan El Feel ditutup.

Hal ini menyebabkan pasokan minyak terganggu. Reuters melaporkan dengan blokade ini, Libya yang biasanya memproduksi minyak 1,2 juta barel per hari (bpd) kini jadi 72 ribu bpd saja.

Ketegangan masih terasa. Perang dagang walau sudah sedikit mereda masih menyisakan tanda tanya besar. Ketidakpastian global masih membayangi tahun ini. Emas sebagai aset minim risiko masih bersinar terang di tengah mendung yang (masih) memayungi planet bumi saat ini.

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Tribunnews.com

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *