Awal Pekan, IHSG Dibuka Anjlok ke Level 6.173,07

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah pada perdagangan awal pekan ini. Investor asing lepas saham di pasar reguler.

Pada pra-pembukaan, Senin (11/11/2019), IHSG melemah 6,54 poin atau 0,11 persen ke level 6.171,43. Sedangkan pada pembukaan pukul 09.00 waktu JATS, IHSG terus melemah dengan turun tipis 3,23 poin atau 0,07 persen ke 6.173,07.

Sementara itu, indeks saham LQ45 juga melemah 0,26 persen ke posisi 979,20. Seluruh indeks saham acuan bergerak di zona merah.

Pada awal pembukaan perdagangan, IHSG level tertinggi berada di 6.180,29 dan terendah di 6.171,43.

Sebanyak 108 saham menguat dan 86 saham melemah. Sedangkan 139 saham diam di tempat.

Adapun total frekuensi di awal perdagangan saham 20.563 kali dengan volume perdagangan 237,4 juta saham. Nilai transaksi harian saham Rp 245,4 miliar.

Investor asing jual saham Rp 10,61 miliar di pasar reguler dan posisi rupiah di angka 14.014 per dolar AS.

Dari 10 sektor pembentuk IHSG, enam sektor berada di zona hijau. Sektor yang menguat paling tinggi adalah perkebunan dengan naik 0,54 persen. Kemudian diikuti sektor aneka industri menguat 0,47 persen dan sektor industri dasar yang melonjak 0,30 persen.

Sedangkan sektor yang melemah antara lain sektor infratruktur turun 13 persen, sektor keuangan dan sektor perdagangan turun 11 persen.

Saham-saham yang melemah sehingga menyeret IHSG ke zona merah antara lain ARTO turun 25 persen ke Rp 2.310 per saham, BAJA turun 12,50 persen ke Rp 56 per saham, dan DFAM turun 7,19 persen ke Rp 775 per saham.

Sementara saham-saham yang menguat antara lain SINI yang naik 34,43 persen ke Rp 246 per saham, BMSR naik 31,15 persen ke level Rp 238 per saham dan YPAS naik 23,26 persen ke Rp 530 per saham.

Diwarnai Sentimen Global, IHSG Diprediksi Menguat

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan bergerak ke zona hijau di pasar saham hari ini. Data Ekonomi Indonesia masih cukup baik menopang indeks.

Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwe menuturkan, pasar kini cenderung berhati-hati menanti kelanjutan perkembangan dagang Amerika Serikat (AS)-China.

“Selain itu, mereka juga akan mengamati peluang ekonomi dunia yang memasuki periode resesi,” ungkap dia Senin (11/11/2019).

Dari dalam negeri, Hans berujar, rilis pertumbuhan ekonomi RI Badan Pusat Statistik (BPS) 5,02 persen telah melampaui perkiraan konsesus para analis yang sebesar 5 persen.

Lebih lanjut, data cadangan devisa (cadev) yang naik dari USD 124,3 menjadi USD 126,7 miliar merupakan indikasi positif bagi perekonomian Indonesia di tengah perlambatan ekonomi.

“Sebab itu, kami memproyeksi IHSG berpeluang konsolidasi menguat pada rentang support 6.139 dan resistance 6.200,” jelasnya.

Pada pekan depan, pasar masih akan diwarnai kepastian pemotongan tariff menjelang perang dagang AS-China fase pertama.

“Rencana ini dikabarkan menghadapi pertentangan di internal Gedung Putih, dimana Presiden Donald Trump dalam sambutannya kepada wartawan di Gedung Putih, mengatakan dia belum setuju penundaan tarif impor yang dituntut oleh China,” kata Hans.

 

 

 

 

Sumber : liputan6.com
Gambar : Bisnis Tempo.co

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *