Bank Mandiri Akan Sesuaikan Bunga, BCA dan BNI Masih Mengkaji

PT Bank Mandiri Tbk mengaku bakal menyesuaikan tingkat bunga kredit dengan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) secara agresif pada tahun depan. Namun, hal itu akan dilakukan secara bertahap.

Direktur Utama Bank Mandiri Kartiko Wirjoatmodjo mengatakan perusahaan akan lebih dulu menyesuaikan suku bunga kredit di segmen konsumer, khususnya kredit kendaraan bermotor (KKB) dan kredit pemilikan rumah (KPR).

“Tapi untuk segmen UMKM (usaha mikro kecil dan menengah) belum akan naikan dulu,” kata pria yang akrab disapa Tiko, Jumat (16/11).

Hanya saja, Tiko belum bisa memastikan nilai kenaikan suku bunga kredit tersebut. Ia mengaku masih akan melihat kemampuan bayar nasabah dan jumlah permintaan kredit di berbagai segmen.

Terkait kinerja pembiayaan, Tiko tak menampik pertumbuhan kredit tahun depan berpotensi stagnan atau sama seperti tahun ini, yakni berkisar 11-12 persen.

“Tapi (pertumbuhan kredit) itu tetap sehat karena kondisi ini perbankan kan harus jaga juga rasio pinjaman terhadap simpanan (loan to deposit ratio/LDR) yang lagi tinggi, kami akan jaga di 92 persen,” papar Tiko.

Dari sisi rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL), Tiko menyebut masih sesuai ekspektasi sebesar 3,1 persen.

Secara keseluruhan, ia mengapresiasi keputusan Bank Indonesia (BI) yang mengerek suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6 persen. Hal ini dianggapnya sebagai bentuk antisipasi potensi kenaikan suku bunga acuan The Fed sebanyak dua sampai tiga kali pada tahun depan.

Terlebih, pada tahun ini The Fed masih berpeluang mengerek suku bunga acuannya satu kali lagi dari posisi saat ini sebesar 2-2,5 persen.

“Lalu juga harus menjaga defisit neraca transaksi berjalan (current account deficit/CAD) di bawah 3 persen pada akhir tahun, kenaikan suku bunga diperlukan untuk menjaga aliran dana asing masuk,” pungkas Tiko.

Di sisi lain, Direktur PT Bank Central Asia Tbk Santoso mengatakan penyesuaian bunga kredit terhadap suku bunga acuan masih akan dirapatkan terlebih dahulu. Saat ini, ia belum bisa memastikan waktu penyesuaian tersebut berlangsung.

“Rapat akan memutuskan apakah akan ada penyesuaian atau tidak. Perkiraan akhir bulan ini ada rapat,” ucap Santoso.

Dalam sembilan bulan pertama tahun ini, BCA tercatat menyalurkan kredit sebesar Rp516 triliun atau naik 17,3 persen dibandingkan dengan kuartal III 2017. Sementara itu, NPL bruto perusahaan turun dari 1,5 persen menjadi 1,4 persen.

Sama halnya dengan BCA, Wakil Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk Herry Sidharta mengaku akan mengevaluasi terlebih dahulu kinerja kredit sebelum memutuskan strategi ke depannya.

“Kami evaluasi dengan strategi yang sudah ada apakah masih sesuai atau perlu penyesuaian, karena kami tetap pada menjaga kualitas,” tutur Herry.

Sayangnya, ia enggan menjelaskan waktu untuk menentukan perusahaan perlu menaikkan suku bunga kredit atau tidak. Hanya saja, bila dilihat dari sisi kinerja kreditnya, perusahaan mencatat pertumbuhan penyaluran kredit pada kuartal III 2018 sebesar 15,6 persen menjadi Rp487,04 triliun.

Dari sisi kredit bermasalahnnya, NPL bruto BNI turun menjadi dua persen. Padahal, pada kuartal III 2017 lalu NPL bruto perusahaan mencapai 2,8 persen.

Mengutip Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS), rata-rata LDR industri perbankan per September 2018 mencapai 94 persen. Angka itu semakin tinggi dibanding posisi Agustus 2018 sebesar 93,19 persen.

Sementara itu, penyaluran kredit perusahaan per kuartal III 2018 tumbuh 13,8 persen menjadi Rp781,1 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

 

 

 

 

 

Sumber : Cnnindonesia.com
Gambar : SINDOnews

 

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *