WNI di Belanda Keluhkan Antre 3 Jam untuk Mencoblos

Sejumlah warga Indonesia (WNI) di Belanda mengeluhkan harus mendaftar ulang dan antre berjam-jam demi bisa menggunakan hak suaranya dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2019, Minggu (14/4).

Salah satu pelajar Indonesia di Negeri Kincir Angin, Christian Nathanael atau akrab disapa Nael, mengaku harus mendaftar ulang untuk mencoblos meski sudah terdata dalam daftar pemilih.

“Lancar sih lancar pencoblosannya, tapi ngantrenya gila karena harus daftar ulang lagi. Saya datang sekitar jam 15.00 waktu lokal, baru bisa nyoblos sekitar pukul 18.00,” ucap mahasiswa jurusan Hubungan Internasional Universitas Groningen itu kepada CNNIndonesia.com.

Nael mengatakan dia bersama teman-temannya harus menempuh jarak setidaknya 239 kilometer untuk menuju KBRI.

Ia mengatakan ketika tiba di KBRI, dia bersama WNI lainnya harus antre untuk registrasi ulang sebelum menunggu lagi untuk mencoblos.

Tempat pemungutan suara (TPS) dibuka di Sekolah Indonesia di Den Haag, bukan Kedutaan Besar RI Den Haag.

“Jadi kami harus registrasi ulang untuk dapat nomor agar bisa mencoblos. Ngantrenya membeludak karena ada penyempitan antrean di depan untuk dapat registrasi,” katanya.

Senada dengan Nael, Indah Arumningsih mengaku harus mengantre sekitar empat jam untuk bisa mencoblos di KBRI.

“Saya agak kecewa karena sudah terdaftar sebagai pemilih tetap di sini, eh tapi masih harus daftar lagi untuk ngantre nyoblos. Kami banyak yang rela ngantre berjam-jam padahal di sini suhu sedang dingin sekitar 5 derajat,” ucap perempuan yang telah bekerja selama 10 tahun di salah satu perusahaan teknologi di Den Haag itu.

Sementara itu, Ketua Panita Pemilu Luar Negeri Den Haag 2019, Moeljo Wijono, mengakui jumlah pemilih yang menggunakan hak suaranya di Belanda meningkat drastis dari 2014 lalu.

Melalui pernyataan, Moeljo menuturkan ada sekitar 11.744 WNI yang terdaftar sebagai pemilih di Belanda. Namun, hanya 6.000 WNI yang menggunakan hak suaranya kali ini. Ia menuturkan sebanyak 4.530 orang memilih di TPS dan 1.400 lainnya melalui pos.

“Tahun 2014, partisipasi WNI dalam Pilpres yang datang ke TPS sebanyak 2.328 orang, sementara tahun 2019 sebanyak 4.530 orang. Itu berarti meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan dengan Pilpres 2014,” kata Moeljo.

Moeljo mengaku jumlah pemilih yang membeludak telah diprediksi oleh panitia dari jauh-jauh hari. Panitia pun membuka lima TPS untuk mengantisipasi jumlah pemilih yang banyak tersebut. Pada pemilu 2014, katanya, PPLN hanya membuka satu TPS di KBRI.

Meski begitu, Moeljo menuturkan jumlah pemilih yang besar tetap tak bisa diantisipasi sehingga panitia memperpanjang waktu pemungutan suara hingga pukul 21.30 waktu setempat.

 

 

 

 

Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Suara Surabaya

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *