Sempat Meroket, Harga Minyak Turun Lagi karena Trump Melunak
Harga minyak mentah dunia terkoreksi akibat adanya prediksi peningkatan stok di Amerika Serikat (AS). Sebelumnya harga minyak naik lebih dari 4% karena adanya kabar baik terkait hubungan dagang AS-China.
Pada perdagangan hari Rabu (14/8/2019) pukul 09:30 WIB, harga minyak Brent kontrak pengiriman Oktober melemah 0,91% ke level US$ 60,74/barel.
Sementara harga minyak light sweet (West Texas Intermediate/WTI) kontrak pengiriman September terkoreksi 0,96% menjadi US$ 56.55/barel.
Sehari sebelumnya (13/8/2019) harga Brent dan WTI ditutup melesat masing-masing sebesar 4,66% dan 3,95%.
Berdasarkan data yang dirilis oleh grup industri, American Petroleum Institute (API), diprediksi stok minyak mentah AS untuk minggu yang berakhir pada 9 Agustus 2019 naik sebesar 3,7 juta barel.
Data dari API berlawanan arah dengan konsensus Reuters yang memprediksi adanya penurunan stok minyak mentah sebesar 2,8 juta barel pada periode yang sama.
Sementara lembaga resmi pemerintah AS, Energy Information Administration (EIA) akan mengumumkan data stok minyak malam hari nanti.
Bila prediksi API benar, atau bahkan ada peningkatan stok yang lebih besar, maka harga minyak akan mendapat tekanan. Pasalnya peningkatan stok di AS menjadi salah satu sinyal bahwa permintaan sedang lesu dan tidak akan ada pembelian minyak mentah yang besar di AS untuk jangka pendek.
Selain itu, harga minyak juga rentan mengalami koreksi teknikal akibat penguatan yang begitu tajam kemarin.
Sebelumnya pasar minyak dunia dibuat bergairah akibat pengumuman yang dibuat oleh Presiden AS, Donald Trump.
Pada hari Selasa (13/8/2019) waktu setempat Trump memutuskan untuk menunda pemberlakuan tarif 10% terhadap produk China senilai US$ 300 miliar hingga 15 Desember mendatang.
Sebelumnya, Trump sempat mengancam akan mengenakan tarif tersebut mulai 1 September dan membuka peluang untuk meningkatkan besaran tarif hingga lebih dari 25%.
“Kami melakukan ini untuk musim Natal, hanya untuk berjaga-jaga bila beberapa tarif memberi dampak pada konsumen AS,” ujar Trump kepada reporter di New Jersey, seperti dikutip dari Reuters.
Barang-barang yang nantinya akan dikenakan tarif merupakan produk yang sebelumnya bukan merupakan objek perang dagang, seperti pakaian jadi dan sepatu.
Keputusan tersebut dibuat tidak lama setelah Kementerian Perdagangan China mengatakan bahwa Wakil Perdana Menteri China, Liu He, telah melakukan dialog dengan beberapa pejabat urusan dagang AS.
Dikabarkan bahwa Liu He, Kepala Perwakilan Dagang AS, Robert Lighthizer, dan Menteri Keuangan AS, Steven Mnuchin, akan kembali berdialog melalui telepon dua pekan lagi.
Trump juga masih membuka kemungkinan untuk terjadinya dialog tatap muka antara delegasi dagang kedua negara pada awal September.
Kabar tersebut membuat pelaku pasar setidaknya dapat melupakan sejenak perihal risiko eskalasi perang dagang.
Sebelumnya beberapa analis memperkirakan ekonomi global bisa jatuh kepada resesi apabila perang dagang terus berlarut-larut dan semakin parah.
Setidaknya masih ada harapan kesepakatan dagang bisa dibuat. Risiko resesi perekonomian global bisa dilupakan sejenak oleh pelaku pasar.
Ekspektasi permintaan energi, termasuk minyak mentah pun bisa terangkat.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Akuratnews.com
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]