Harapan OPEC+ Pangkas Produksi hingga Akhir 2023 Kerek Harga Minyak

Harga minyak mentah di pasar AS naik pada Kamis di tengah harapan pemangkasan produksi oleh OPEC+ akan berlanjut hingga akhir 2023.

Mengutip Reuters, Jumat (1/9), kontrak berjangka minyak mentah Brent untuk Oktober ditutup naik US$1, atau 1,2 persen menjadi US$86,86 per barel. Kontrak November yang lebih aktif mengalami kenaikan US$1,59, atau 1 persen menjadi $86,83.

Sementara, kontrak berjangka minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk Oktober ditutup pada US$83,63 per barel, naik US$2, atau 2,5 persen.

Kontrak berjangka minyak mentah AS selama enam bulan diperdagangkan sekitar US$3,83 di bawah harga minyak mentah untuk pengiriman bulan depan, diskon terbesar sejak 17 November, yang menandakan pasokan yang ketat dan mendorong penurunan persediaan.

“Pasar minyak mentah merespons pemangkasan produksi OPEC yang diperpanjang,” kata Andrew Lipow, presiden Lipow Oil Associates.

“Pemangkasan bisa berlanjut hingga akhir tahun,” imbuhnya.

Brent ditutup sekitar 1,5 persen lebih tinggi untuk Agustus, sementara WTI naik 2,2 persen dengan kedua benchmark tersebut mencatat kenaikan untuk bulan ketiga berturut-turut karena tanda-tanda pasokan yang semakin ketat.

Para analis berharap Arab Saudi akan memperpanjang pemangkasan produksi minyak sukarela sebesar 1 juta barel per hari hingga Oktober, ditambah dengan pemangkasan yang diterapkan oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak atau yang disebut OPEC+ beserta sekutunya.

“Dengan harga Brent yang terhenti di kisaran pertengahan US$80-an prospek minyak dari Arab Saudi kembali ke pasar dalam waktu dekat terlihat tipis dan dampaknya semakin dirasakan di seluruh dunia karena tingkat stok komersial minyak mentah dan produk bahan bakar terus menurun,” kata Ole Hansen, seorang analis dari Saxo Bank.

Di sisi pasokan, data pemerintah terbaru menunjukkan produksi minyak mentah AS naik 1,6 persen pada Juni menjadi 12,844 juta barel per hari, tertinggi sejak Februari 2020, sebelum pandemi COVID-19 menghancurkan permintaan bahan bakar dan produk minyak lainnya.

Pengeluaran konsumen AS meningkat 0,8 persen bulan lalu, demikian laporan Departemen Perdagangan, dan S&P 500 (.SPX) naik setelah data inflasi AS sesuai perkiraan, menggarisbawahi ekspektasi bahwa Federal Reserve bisa menghentikan perketatannya dalam kebijakan moneter.

“Bank sentral AS dapat mengakhiri siklus kenaikan suku bunga jika pasar tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi terus melambat dengan laju yang sekarang,” kata Eric Rosengren, mantan presiden Boston Fed.

Namun, data lemah dari pabrik China membatasi kenaikan lebih lanjut.

Aktivitas manufaktur China menyusut lagi pada Agustus, seperti yang ditunjukkan oleh survei resmi pabrik, memicu kekhawatiran tentang pelemahan ekonomi terbesar kedua di dunia.

Indeks manajer pembelian (PMI) resmi China naik menjadi 49,7 dari 49,3 pada Juli, demikian kata Biro Statistik Nasional, tetapi tetap berada di bawah level 50 poin. Pembacaan di atas 50 poin menunjukkan ekspansi dari bulan sebelumnya.

Pemerintah AS pada hari Rabu menurunkan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) kuartal kedua menjadi 2,1 persen, dari laju 2,4 persen pada bulan lalu. Di sisi lain, data yang dirilis secara terpisah menunjukkan pertumbuhan gaji swasta melambat secara signifikan pada Agustus.

 

 

 

 

 

Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Liputan6.com

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *