Harga Minyak Masih Nanjak Sebelum Keputusan The Fed Tiba
Harga minyak masih melanjutkan kenaikan pada pembukaan perdagangan Senin (10/7/2023) setelah lonjakan hampir 3% pada perdagangan Jumat karena kekhawatiran pasokan.
Harga minyak mentah WTI dibuka stagnan ke posisi US$73,86 per barel, sementara harga minyak mentah brent dibuka menguat 0,17% ke posisi US$78,6 per barel.
Pekan lalu, pada perdagangan Jumat (7/7/2023), minyak WTI di tutup menguat 2,87% ke posisi US$73,86 per barel, begitu juga minyak brent melesat 2,55% ke posisi US$78,47 per barel.
Harga minyak naik hampir menyentuh 3% ke level tertinggi sembilan minggu pada hari Jumat karena kekhawatiran pasokan dan pembelian teknis melebihi kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga lebih lanjut dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan minyak.
Setelah dua bulan konsolidasi harga antara sekitar US$73-US$77, Brent pindah ke wilayah overbought secara teknis untuk pertama kalinya sejak pertengahan April.
“Reli selama seminggu terakhir ini, cukup kuat dan didukung oleh momentum serta pemangkasan baru dari Arab Saudi dan Rusia,” ucap Craig Erlam, analis pasar senior di OANDA.
Eksportir minyak utama Arab Saudi dan Rusia mengumumkan pengurangan produksi baru pada minggu lalu sehingga total pengurangan oleh OPEC+, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, menjadi sekitar 5 juta barel per hari (bpd), atau sekitar 5% dari produksi global.
“Pemotongan produksi OPEC+ diperkirakan akan memperketat pasar, mendorong defisit pasokan pada semester kedua tahun 2023, mendukung harga minyak yang lebih tinggi,” ucap analis di perusahaan jasa keuangan AS Morningstar.
OPEC kemungkinan akan mempertahankan pandangan optimis pada pertumbuhan permintaan minyak untuk tahun depan, sebut sumber yang dekat dengan OPEC.
Janji terbaru Rusia untuk mengurangi ekspor minyak tidak akan memerlukan pengurangan produksi yang serupa, sebut sumber pemerintah kepada Reuters.
Perusahaan analitis minyak Vortexa mengatakan saat ini ada 10,5 juta barel minyak mentah Saudi di penyimpanan terapung di pelabuhan Ain Sukhna di Laut Merah Mesir, turun hampir setengahnya dari pertengahan Juni.
Di Amerika Serikat (AS), perusahaan energi minggu ini menambahkan rig minyak dan gas alam untuk pertama kalinya dalam 10 minggu, karena peningkatan rig gas mingguan terbesar sejak Oktober 2016, menurut perusahaan jasa energi Baker Hughes CoBKR.O.
Di Norwegia, Equinor ASAEQNR.OL menghentikan produksi di ladang minyak Oseberg East di Laut Utara karena kekurangan staf.
Di Meksiko, enam orang terluka setelah kebakaran terjadi pada Jumat pagi di anjungan lepas pantai yang dijalankan oleh perusahaan minyak negara Pemex di Teluk Meksiko.
Selain itu ada hal yang mendukung harga minyak mentah untuk naik dimana dolar AS bulan ini seperti yang telah disinyalir. Dolar yang lebih lemah membuat minyak mentah lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, yang dapat meningkatkan permintaan minyak.
Menurut CME.O FedWatch Tool dari CME Group Inc, kemungkinan The Federal Reserve (The Fed) AS akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan 25-26 Juli sekitar 95%, naik dari 92% tepat sebelum data keluar.
Biaya pinjaman yang lebih tinggi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan minyak.
Di Eropa, inflasi yang tinggi selama puluhan tahun dan dampak perang di Ukraina telah memaksa perusahaan memberlakukan pembekuan perekrutan dan pemutusan hubungan kerja.
Di Jerman, pemulihan ekonomi yang cepat tampak lebih kecil kemungkinannya karena data menunjukkan penurunan yang mengejutkan dalam produksi industri.
Sumber : Cnbc Indonesia
Gambar : Tribun