OPEC+ Pangkas Produksi Minyak 1,16 Juta Barel per Hari Mulai Mei

Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) sepakat akan mengurangi produksi minyak lebih lanjut sekitar 1,16 juta barel per hari (bph). Rencananya, pemangkasan produksi dimulai Mei mendatang hingga akhir tahun.

Dilansir Reuters, Senin (3/4), komitmen tersebut membuat total volume pemotongan oleh OPEC+ menjadi 3,66 juta barel per hari atau setara dengan 3,7 persen dari permintaan global.

Jika dirinci, produsen utama OPEC Arab Saudi mengatakan akan memangkas produksi sebesar 500 ribu barel per hari. Kementerian Energi Saudi mengatakan pengurangan sukarela kerajaan adalah tindakan pencegahan yang bertujuan mendukung stabilitas pasar minyak.

Kemudian, Irak akan mengurangi produksinya sebesar 211 ribu bph. Lalu, Uni Emirat Arab mengatakan akan memangkas produksi sebesar 144 ribu bph, Kuwait mengumumkan pemotongan 128 ribu bph.

Berikutnya, Oman mengumumkan pemotongan 40 ribu bph dan Aljazair mengatakan akan memangkas produksinya sebesar 48 ribu bph. Kazakhstan juga akan memangkas produksi sebesar 78 ribu bph.

Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak juga mengatakan pada Minggu kemarin bahwa Moskow akan memperpanjang pemotongan sukarela sebesar 500 ribu barel per hari hingga akhir tahun 2023. Moskow mengumumkan pemotongan tersebut secara sepihak pada Februari lalu setelah pemberlakuan batas harga Barat.

Sumber OPEC+ mengatakan Gabon akan melakukan pemotongan sukarela sebesar 8.000 barel per hari dan tidak semua anggota OPEC+ bergabung dengan langkah tersebut karena beberapa sudah memompa jauh di bawah tingkat yang disepakati karena kurangnya kapasitas produksi.

Sejumlah analis menilai langkah mengejutkan Arab Saudi hingga Rusia ini akan menyebabkan lonjakan harga dalam waktu dekat.

Harga minyak bulan lalu jatuh ke US$70 per barel, terendah dalam 15 bulan, di tengah kekhawatiran bahwa krisis perbankan global akan memukul permintaan.

Namun, tindakan lebih lanjut oleh OPEC+ untuk mendukung pasar tidak diharapkan setelah sumber meremehkan prospek ini dan minyak mentah pulih menuju US$80 per barel.

Pialang minyak PVM memperkirakan lonjakan segera setelah perdagangan dimulai setelah akhir pekan.

“Saya memperkirakan pasar akan membuka beberapa dolar lebih tinggi … mungkin sebanyak US$3,” kata Tamas Varga dari PVM.

Pendiri dan direktur Energy Aspects Amrita Sen menilai OPEC tengah mengambil langkah pre-emptive jika ada kemungkinan penurunan permintaa.

Oktober lalu, OPEC+ telah menyetujui pengurangan produksi 2 juta barel per hari dari November hingga akhir tahun, sebuah langkah yang membuat marah Washington karena pasokan yang lebih ketat mendorong harga minyak.

AS berpendapat bahwa dunia membutuhkan harga yang lebih rendah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan mencegah Presiden Rusia Vladimir Putin memperoleh lebih banyak pendapatan untuk mendanai perang Ukraina.

Pemerintahan Biden menilai langkah pemangkasan produksi yang baru diumumkan tidak bijaksana.

“Kami tidak berpikir pemotongan disarankan pada saat ini mengingat ketidakpastian pasar – dan kami telah menjelaskannya,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS.

 

 

 

 

 

Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : detik.com

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *