The Fed Bisa Kerek Suku Bunga Hingga 7 Kali, Rupiah Siaga!

Rupiah batal mencatat penguatan melawan dolar Amerika Serikat (AS) Senin kemarin (24/1/2022). Padahal, di awal perdagangan menguat cukup tajam 0,24%. Tetapi di akhir perdagangan justru melemah tipis 0,03% ke Rp 14.340/US$.

Berbalik melemahnya rupiah terjadi setelah Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan memberikan kode jika Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Jakarta bisa saja dinaikkan menjadi level 3.

Sementara itu dari eksternal, perhatian tertuju ke rapat kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed) pekan ini yang bisa terus memberikan tekanan ke rupiah, termasuk hari Selasa (25/1).

Dalam notula rapat kebijakan moneter edisi Desember yang dirilis awal bulan ini terungkap tidak hanya akan mengerek suku bunga sebanyak 3 kali di tahun ini, The Fed juga kemungkinan akan mengurangi nilai neracanya (balance sheet).

Bank investasi ternama, Goldman Sachs bahkan memprediksi Jerome Powell dan kolega bisa bertindak lebih agresif lagi.

Analis dari Goldman Sachs melihat The Fed akan menaikkan suku bunga sebanyak 4 kali di tahun ini, bahkan tidak menutup kemungkinan lebih banyak lagi akibat tingginya inflasi di Amerika Serikat.

Inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) di Amerika Serikat saat ini berada di level 7% year-on-year (YoY) pada bulan Desember. Inflasi tersebut menjadi yang tertinggi sejak Juni 1982.

“Prediksi dasar kami The Fed akan menaikkan suku bunga sebanyak 4 kali di bulan Maret, Juni, September dan Desember. Tetapi kami melihat risiko The Fed ingin menaikkan suku bunga di setiap pertemuan sampai proyeksi inflasi berubah,” kata David Mericle, ekonom di Goldman Sachs kepada nasabahnya yang dikutip CNBC International, Minggu (23/1).

Melihat jumlah pertemuan The Fed sebanyak 8 kali pada tahun ini, dan seandainya suku bunga mulai dinaikkan bulan Maret, artinya ada kemungkinan suku bunga bisa dinaikkan sebanyak 7 kali, jika melihat risiko yang dipaparkan Goldman Sachs.

Agresivitas The Fed juga diperkirakan akan terjadi dalam pengurangan nilai neracanya. Goldman memprediksi The Fed akan mengurangi neracanya yang saat ini nyaris mencapai US$ 9 triliun, sebesar US$ 100 miliar per bulan.

Pengurangan tersebut diperkirakan akan dimulai pada bulan Juli dan akan berlangsung selama dua hingga dua setengah tahun, yang membuat neraca The Fed nantinya senilai US$ 6.1 triliun hingga US$ 6.6 triliun.

Pengurangan nilai neraca artinya The Fed akan melepas kepemilikan obligasinya (Treasury), sehingga likuiditas akan terserap.

Dengan tingkat agresivitas seperti itu, risiko terjadinya capital outflow dari pasar obligasi Indonesia tentunya semakin besar yang bisa memberikan tekanan ke rupiah dan pada akhirnya berdampak pada terguncangnya perekonomian Indonesia.

Secara teknikal, belum ada perubahan level-level yang harus diperhatikan sebab rupiah melemah tipis kemarin. Rupiah masih berada di atas rerata pergerakan 200 hari (Moving Average 200/ MA 200).

Artinya, Mata Uang Garuda kini berada di atas tiga MA, selain MA 200 juga di atas MA 100 dan MA 50. Sehingga tekanan bagi rupiah menjadi lebih besar.

Selain itu, indikator Stochastic bergerak naik tetapi belum memasuki wilayah jenuh beli (overbought).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Ketika Stochastic yang belum mencapai overbought, artinya risiko pelemahan rupiah masih besar.

Resisten terdekat kini berada di kisaran Rp 14.360/US$, penembusan ke atas level tersebut berisiko membawa rupiah ke Rp 14.390/US$ hingga Rp 14.400/US$.

Sementara itu MA 200 di kisaran Rp 14.320/US$ hingga Rp 14.330/US$ menjadi support terdekat yang harus dilewati rupiah untuk bisa menguat lebih lanjut menuju Rp 14.300/US$ hingga Rp 14.280/US$.

 

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Nusa Bali

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *