Tunggu Kebijakan The Fed, Rupiah Loyo ke Rp14.310
Nilai tukar rupiah berada di level Rp14.310 per dolar AS pada Kamis (20/5) pagi. Posisi tersebut melemah 0,14 persen dibandingkan perdagangan Rabu (19/5) sore di level Rp14.290 per dolar AS.
Pagi ini, mayoritas mata uang di kawasan Asia bergerak bervariasi. Yen Jepang menguat 0,09 persen, dolar Singapura menguat 0,06 persen, yuan China melemah 0,02 persen, ringgit Malaysia melemah 0,04 persen, bath Thailand menguat 0,14 persen, dan peso Filipina yang terpantau menguat 0,01 persen.
Lalu, dolar Taiwan menguat 0,04 persen, won Korea Selatan melemah 0,47 persen, dan rupee India melemah 0,17 persen.
Sementara itu, mata uang di negara maju bergerak menguat. Poundsterling Inggris menguat 0,03 persen, dolar Australia menguat 0,14 persen, dolar Kanada menguat 0,12 persen, dan franc Swiss menguat 0,04 persen.
Pengamat pasar keuangan Ariston Tjendra mengatakan rupiah berpotensi melemah terhadap dolar AS. Hal ini karena pasar mengantisipasi notulen rapat The Fed yang akan dirilis hari ini.
“Notulen menyebutkan pernyataan beberapa anggota dewan gubernur yang membuka pelung diskusi pengetatan moneter di AS karena ekonomi mulai pulih,” ungkap Ariston kepada CNNIndonesia.com, Kamis (20/5).
Ariston menyatakan tingkat imbal hasil (yield) obligasi AS tenor 10 tahun menguat ke kisaran 1,69 persen. Padahal, sebelumnya yield obligasi AS masih 1,63 persen.
Kenaikan yield ini memicu penguatan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya,” imbuh Ariston.
Dari internal, Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data neraca perdagangan Indonesia periode April 2021. Sejumlah pihak memproyeksi neraca dagang masih surplus hingga US$1 miliar.
Jika data BPS menunjukkan neraca dagang Indonesia periode April 2021 benar-benar surplus, maka bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah. Setidaknya, pelemahannya akan lebih terbatas.
“Potensi pelemahan rupiah ke atas Rp14.330 per dolar AS dengan potensi support di Rp14.270 per dolar AS,” pungkas Ariston.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : IDX Channel