Harga Emas Terus Melenggang, Saat Bitcoin Cs Babak Belur

Harga aset digital Bitcoin terus mengalami penurunan. Untuk pertama kalinya dalam 14 pekan terakhir harga mata uang kripto besutan Satoshi Nakamoto tersebut turun ke bawah US$ 40.000. Di saat inilah momentum bagi emas untuk kembali mencuri perhatian banyak orang seperti tahun lalu.

Harga emas lanjut naik pada perdagangan hari ini, Kamis (20/5/2021). Pada jam perdagangan Asia, harga emas dunia mengalami apresiasi tipis sebesar 0,06% ke US$ 1.870/troy ons di pasar spot.

Di saat yang sama harga Bitcoin terus mengalami penurunan dan sekarang sudah bergerak ke bawah US$ 38.000/BTC. Korelasi kedua aset ini sepanjang tahun 2021 cenderung negatif. Artinya pergerakan keduanya berlawanan arah.

Ketika harga Bitcoin turun, harga emas cenderung naik. Begitu pula sebaliknya. Bisa dibilang Bitcoin dan emas adalah rival layaknya si logam kuning dengan dolar AS.

Tren penguatan harga emas berpeluang lanjut. Apalagi jika harga cryptocurrency semakin ambrol dikombinasikan dengan semakin melemahnya greenback. Adanya ancaman inflasi yang tinggi semakin menambah tenaga emas untuk menguat.

Semalam harga saham-saham di Wall Street cenderung melemah. Setelah sebelumnya dibayangi dengan data penjualan rumah yang kurang memuaskan, kini risalah rapat komite pengambil kebijakan The Fed menjadi sorotan.

Tepat pukul 01.00 WIB dini hari bank sentral AS risalah tersebut diunggah ke situs resminya. Notulen rapat pengambil kebijakan The Fed pada 27-28 April lalu itu memberikan sinyal yang dicari pasar.

Pejabat The Fed mengungkapkan, peningkatan aktivitas ekonomi yang signifikan membuka peluang diskusi untuk mengambil stance hawkish. Apabila perkembangan ekonomi semakin membaik menuju target yang ingin dicapai, maka perlu ada diskusi tentang rencana untuk melakukan tapering.

Likuiditas yang berlimpah, vaksinasi yang agresif memicu pembukaan kembali ekonomi. Ketika roda ekonomi mulai berputar, uang mulai berpindah tangan dengan laju yang lebih cepat dan tak hanya mengendap di bank.

Permintaan yang naik tetapi tidak diimbangi dengan pasokan yang mencukupi, likuiditas yang ample serta ekspektasi inflasi yang tinggi akhirnya berakibat pada suhu tubuh perekonomian yang semakin hangat.

Inflasi bulan lalu tercatat mencapai 4,2%. Jika dihitung secara tahunan pertumbuhannya merupakan yang paling tinggi sejak 2008. Namun secara bulanan paling tinggi dalam tiga dekade terakhir.

Sasaran target inflasi The Fed berada di kisaran rata-rata 2%. Jelas jika inflasi terus merangkak naik, The Fed harus segera ambil ancang-ancang untuk mengetatkan kebijakan moneter agar ekonomi tidak overheat.

Hanya saja pandemi yang belum berakhir, kondisi ekonomi yang belum pulih dan pemulihannya pun tidak merata membuat bos The Fed Jerome Powell menegaskan akan terus memantau perkembangan pemulihan.

Bagaimanapun juga di tengah kebijakan makro yang akomodatif tapi dibarengi dengan risk sentimen yang menurun, emas menjadi salah satu opsi yang bisa dimasukkan ke dalam portofolio.

Banyak analis kini semakin mantap memprediksi harga emas bisa rebound dan menyentuh level US$ 2.000/troy ons seperti Agustus tahun lalu. Harga emas yang sudah berada di atas rata-rats pergerakan jangka panjangnya (moving average/MA 50, 100 dan 200) bisa menjadi modal emas untuk tembus rekor.

 

 

 

 

 

Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Kabarin.co.id

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *