Ssstt….Ada yang Ramal Harga Emas Tembus US$ 2.200 Lagi!

Kenaikan imbal hasil (yield) surat utang pemerintah Amerika Serikat (AS) kembali menekan harga emas dunia. Kemarin, harga si logam kuning ditutup dengan pelemahan 1%.

Namun pada perdagangan pagi hari ini, Selasa (30/3/2021), harga emas mengalami apresiasi walau tergolong sangat tipis. Harga emas naik 0,06% ke US$ 1.713,62/troy ons pada 08.10 WIB.

Kemarin yield kembali menguat ke level 1,7%. Kenaikan imbal hasil surat utang negara AS masih menjadi momok bagi pasar terutama harga emas.

Emas merupakan salah satu aset yang tidak memberikan imbal hasil. Return dari memegang aset ini sangat bergantung pada kepercayaan investor. Sementara itu kepercayaan investor itu sendiri dibangun oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah biaya peluang.

Kenaikan yield membuat biaya peluang memegang emas menjadi naik pula sehingga menekan harga si logam kuning. Namun di saat yield melemah, dolar AS justru menguat. Inilah yang membuat harga emas tertahan.

Pergerakan emas dan dolar AS cenderung berlawanan arah atau berkorelasi negatif. Ketika dolar AS menguat, maka harga emas cenderung mengalami koreksi. Begitu juga sebaliknya.

Prospek perekonomian yang lebih baik membuat yield terus menguat. Tren kenaikan yield diperkirakan bakal berlanjut. Para ekonom dan analis pasar melihat peluang yield bisa tembus 2,5%.

Apabila hal tersebut terjadi maka ini bukan hal yang baik untuk emas. Kenaikan yield mempengaruhi emas lewat dua hal. Pertama adalah opportunity cost dan kedua adalah naiknya yield memberikan momentum bagi dolar AS untuk terus menguat. Ini bakal menjadi pukulan ganda bagi emas.

Survei yang dilakukan oleh Kitco terhadap 16 analis Wall Street dan 807 investor di Main Street menunjukkan bahwa keduanya memiliki perbedaan pendapat. Mayoritas analis Wall Street (50%) cenderung bearish terhadap emas minggu ini. Sementara itu mayoritas investor di Main Street (47%) cenderung bullish.

Well’s Fargo memperkirakan harga emas bisa tembus US$ 2.200 per troy ons tahun ini. Sangat bullish memang mengingat rekor harga emas tahun lalu masih di level US$ 2.000. Pernyataan ini diungkapkan oleh Kepala Strategi Aset Riil bank tersebut John LaForge.

Salah satu pemantiknya adalah suplai emas yang cenderung defisien. Hal ini bisa memicu terjadinya reli harga emas.

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Maucash

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *