Yield Obligasi AS Tekuk Rupiah ke Rp14.434

Nilai tukar rupiah berada di level Rp14.434 per dolar AS pada Senin (22/3) pagi. Posisi tersebut melemah 0,19 persen dibandingkan perdagangan Jumat (19/3) sore di level Rp14.407 per dolar AS.

Pagi ini, mayoritas mata uang di kawasan Asia terpantau melemah terhadap dolar AS. Yen Jepang melemah 0,06 persen, dolar Singapura melemah 0,01 persen, dolar Taiwan melemah 0,05 persen,won Korea Selatan melemah 0,12persen, ringgit Malaysia melemah 0,11 persen, dan bath Thailand terpantau melemah 0,38 persen.

Sebaliknya, peso Filipina menguat 0,09 persen, rupee India menguat 0,02 persen dan yuan China menguat 0,01 persen.

Sementara itu, mata uang di negara maju bergerak bervariasi terhadap dolar AS. Poundsterling Inggris menguat 0,34 persen dan dolar Australia menguat 0,36 persen. Sedangkan dolar Kanada melemah 0,18 persen dan franc Swiss melemah 0,15 persen.

Analis sekaligus Direktur Utama PT Solid Gold Berjangka Dikki Soetopo memperkirakan pergerakan rupiah hari ini cenderung melemah seiring yield obligasi pemerintah AS terus menguat.

Penguatan imbal hasil obligasi AS menyebabkan pasar keuangan akan ikut goyang dan memicu terjadinya aliran modal keluar (capital outflow), tak terkecuali dari Indonesia.

“Aliran modal keluar ini tentunya akan menekan aset-aset keuangan domestik seperti saham dan surat utang pemerintah. Ini lah yang membuat pasar saham goyang dan bergerak dengan volatilitas yang tinggi minggu ini serta yield SBN tenor 10 tahun juga meningkat,” ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Senin (22/3).

Meski demikian, tekanan terhadap rupiah akibat capital outflow menurutnya juga wajar. Sebab, selama ini mata uang garuda masih kecanduan hot money alias aliran modal yang sifatnya sementara.

“Hari ini rupiah berpotensi bergerak di range Rp14.350-14.460 per dolar AS,” pungkasnya.

 

 

 

 

 

Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Bisnis.com

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *