Kemelut AS-China Makin Ruwet, Harga Minyak Ikutan Lemas

Setelah anjlok lebih dari 2% pada akhir pekan lalu (23/8/2019), harga minyak mentah dunia masih terus mengarah ke bawah.

Pada perdagangan hari Senin (26/8/2019) pukul 09:30 WIB, harga minyak jenis Brent kontrak pengiriman Oktober melemah 0,98% ke level US$ 58,76/barel. Sementara harga minyak light sweet (West Texas Intermediate/WTI) jatuh 1,27% menjadi US$ 53,48/barel.

Di akhir sesi perdagangan akhir pekan lalu, Brent dan WTI anjlok masing-masing sebesar 0,97% dan 2,13%. Dalam sepekan, WTI amblas 1,28% sementara Brent masih tercatat menguat 1,19% secara point-to-point.

“Harga minyak terpukul karena adanya perlambatan ekonomi global, bahkan potensi resesi di Amerika Serikat (AS),” ujar Stephen Innes, direktur pelaksana Valour Markets, dikutip dari Reuters.

Kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global diperparah oleh adanya eskalasi perang dagang AS-China.

akhir pekan lalu China telah mengumumkan bea masuk baru sekitar 5-10% atas produk impor asal AS senilai US$ 75 miliar. Untuk sebagian produk, bea masuk tersebut berlaku efektif mulai 1 September 2019. Selain itu ada pula beberapa produk yang bea masuknya batu akan berlaku per 15 Desember 2019.

Tak hanya itu, China juga kembali mengaktifkan bea masuk sebesar 25% terhadap mobil-mobil pabrikan AS, serta tarif 5% atas komponen mobil. Tarif tersebut mulai berlaku efektif pada 15 Desember 2019.

“Sebagai respons terhadap tindakan AS, China terpaksa mengambil langkah balasan,” tulis pernyataan resmi pemerintah China, dilansir dari CNBC International.

Sebagai informasi, sebelumnya tarif atas mobil AS dan komponennya sudah pernah dikenakan oleh pemerintah China. Namun pada April 2019, tarif tersebut sempat dihapus seiring degan berjalannya perundingan dagang yang intensif dengan pemerintah AS.

Tidak perlu lama bagi Presiden AS, Donald Trump, untuk bereaksi terhadap langkah yang diambil Negeri Tirai Bambu.

Melalui cuitan di Twitter, Trump mengumumkan bahwa per tanggal 1 Oktober, pihaknya akan menaikkan bea masuk bagi US$ 250 miliar produk impor asal China, dari yang saat ini sebesar 25% menjadi 30%. Sementara itu, bea masuk bagi produk impor asal China lainnya senilai US$ 300 miliar yang akan mulai berlaku pada 1 September (ada beberapa produk yang pengenaan bea masuknya diundur hingga 15 Desember), akan dinaikkan menjadi 15% dari rencana sebelumnya yang hanya sebesar 10%.

Dengan begini, kondisi perekonomian global kembali diliputi hawa-hawa ketidakpastian. Kala dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia berseteru perihal perdagangan, maka dampaknya akan mendunia.

Beberapa analis memperkirakan perekonomian global bisa jatuh kepada jurang resesi bila perang dagang AS-China terus berlanjut dan semakin parah.

Terlebih pada akhir pekan lalu, kurva inversi imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 2 dan 10 tahun kembali terjadi.

Terhitung sejak tahun 1978, telah terjadi 5 kali inversi antara obligasi tenor 2 dan 10 tahun, semuanya berujung pada resesi. Berdasarkan data dari Credit Suisse yang kami lansir dari CNBC International, secara rata-rata terdapat jeda waktu selama 22 bulan semenjak terjadinya inversi hingga resesi.

Pertumbuhan permintaan minyak dunia akan bergerak searah dengan pertumbuhan ekonomi global. Kala perlambatan ekonomi terjadi, maka permintaan minyak akan sulit tumbuh.

Namun setidaknya, masih ada sentimen positif yang memberi dorongan pada harga minyak.

Akhir pekan lalu Baker Huges mengatakan ada 16 fasilitas pengeboran minyak di AS yang berhenti beroperasi per 23 Agustus 2019. Penurunan jumlah rig aktif merupakan salah satu indikasi bahwa produksi minyak Negeri Paman Sam bisa ditahan.

Per 23 Agustus 2019, total jumlah rig aktif hanya sebanyak 754 unit yang merupakan terendah sejak Januari 2018.

Dengan demikian, setidaknya harga minyak tidak jatuh lebih dalam lagi.

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : iNews

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,T
witter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *