Harga Minyak Tertekan Setelah Menguat Tiga Pekan

Harga minyak mentah dunia melemah pada Jumat (20/12) lalu. Pelemahan terjadi setelah harga minyak berada di zona hijau beberapa waktu terakhir setelah Amerika Serikat (AS) dan China menyepakati perjanjian damai dagang fase pertama.

Mengutip Antara, harga minyak berjangka Brent terkoreksi sebesar 0,6 persen atau 40 sen ke level US$66,14 per barel. Sementara, harga minyak WTI jatuh lebih dalam mencapai 1,2 persen atau 74 sen ke level US$60,44 per barel.

Meski berakhir di teritori negatif pada akhir pekan lalu, tetapi harga minyak meningkat secara mingguan. Kenaikan itu terjadi dalam tiga minggu berturut-turut.

“Pasar fokus terus terhadap perkembangan AS dan China mengenai perdagangan, dengan jumlah putaran,” kata Mitra di Again Capital di New York, John Kilduff, dikutip Senin (23/12).

China mengumumkan pihaknya telah membebaskan tarif impor untuk enam produk minyak dan kimia dari AS. Hal itu dilakukan China tak lama setelah sepakat dengan AS untuk menandatangani perjanjian damai dagang pada Januari 2020 mendatang.

Kemudian, Kemajuan Perjanjian AS-Meksiko-Kanada (USMCA) yang akan menggantikan Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) juga berhasil mengerek harga minyak secara mingguan. Perjanjian itu disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS pada Kamis (19/12) kemarin.

Sebelumnya, pada perdagangan Kamis (19/12), harga minyak naik lebih dari 20 sen. Tercatat, harga minyak Brent menguat 37 sen ke level US$66,54 per barel dan WTI 29 sen ke level 61,22 per barel.

Kenaikan itu didorong oleh penurunan persediaan minyak mentah AS. Data Badan Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan persediaan minyak mentah di AS turun 1,1 juta barel pada pekan yang berakhir 13 Desember lalu.

 

 

 

umber : cnnindonesia.com
Gambar : CNN Indonesia

 

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *