Dua Hari Demonstrasi Anti-Maduro di Venezuela, 13 Orang Tewas

Setidaknya 13 orang dilaporkan tewas dalam dua hari demonstrasi besar-besaran di Venezuela untuk melawan Nicolas Maduro.

Observatorium Konflik Sosial Venezuela menyatakan kepada AFP bahwa kematian itu kebanyakan disebabkan luka tembak dalam aksi di Caracas dan sejumlah kota lain.

Aksi besar-besaran ini bermula ketika 27 tentara menyatakan membelot dari Maduro dan mengajak masyarakat untuk mendukung mereka dengan menggelar aksi pada Senin (21/1).

Rakyat pun turun ke jalan dan unjuk rasa memanas pada Selasa (22/1). Demonstrasi di Caracas dan negara bagian perbatasan, Bolivar, mulai ricuh memasuki Rabu dini hari.

Di San Felix, Bolivar, para demonstran bahkan melakukan aksi pembakaran, salah satu objeknya adalah patung mantan presiden Hugo Chavez.

Kepolisian anti-huru-hara langsung bergerak dan berkonfrontasi langsung dengan pengunjuk rasa di Caracas.

Kericuhan pecah ketika sekelompok pemuda memblokade jalan utama menuju kawasan elite Altamira hingga akhirnya aparat menembakkan gas air mata dan peluru karet.

Geram, para demonstran pun melemparkan batu dan benda-benda tajam lainnya ke arah aparat yang bertugas.

Selain di Caracas dan Bolivar, korban jiwa juga berjatuhan di Tachira, Barinas, Portuguesa, dan Amazonas.

Demonstrasi ini disebut-sebut sebagai bentrokan paling signifikan antara pemerintah dan oposisi setelah protes sebelumnya yang menewasan 125 orang antara April dan Juli 2017.

Di tengah kisruh ini, pemimpin Majelis Nasional, Juan Guaido, mendeklarasikan diri sebagai presiden interim Venezuela dan langsung mendapatkan dukungan dari Presiden AS, Donald Trump, dan sejumlah negara kawasan Amerika Selatan lainnya.

Gelombang penolakan terhadap Maduro ini semakin besar sejak 10 Januari lalu, ketika mantan sopir bus itu mengucap sumpah sebagai presiden untuk kedua kalinya.

Maduro memenangkan pemilu kontroversial pada Mei lalu yang diboikot oposisi dan dianggap tidak sah oleh Uni Eropa.

Pada 2016, Maduro kehilangan kendali atas Dewan Nasional yang memungkinkan oposisi untuk menentang pemerintahannya. Namun pada 2017, Mahkamah Agung Venezuela menghapuskan hukum tersebut.

Ketidakpercayaan rakyat terhadap Maduro memuncak karena sang presiden tak dapat membawa Venezuela dari kemiskinan, bahkan membuat perekonomian kian terpuruk.

 

 

 

 

 

Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : BreakingNews.co.id

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *