Harga Minyak Dunia Terjungkal Buntut Lockdown China
Harga minyak mentah dunia terjungkal hingga empat persen pada perdagangan Selasa (12/4). Ini terjadi lantaran kekhawatiran konsumsi minyak mentah dunia turun akibat lockdown yang dilakukan di China dan dapat memangkas permintaan global.
Minyak mentah berjangka Brent turun US$4,30 atau minus 4,2 persen menjadi US$98,48 per barel. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat (AS) juga turun US$3,97 atau minus 4 persen menjadi US$94,29 per barel.
China sebagai importir minyak mentah terbesar di dunia dapat memangkas konsumsi minyaknya akibat lockdown di tengah pandemi yang tak kunjung reda. Terlebih, lockdown tersebut dilakukan di jantung keuangan China, Shanghai.
Walau saat ini pandemi sudah mulai terkendali, nampaknya kebijakan Pemerintah China yakni ‘zero covid’ masih akan menghambat permintaan minyak dunia. Eurasia Group mencatat bahwa lockdown di China dapat mengurangi konsumsi minyak mentah hingga 1,3 juta barel per hari (bph).
Di lain sisi, negara negara anggota Badan Energi Internasional (IEA) akan melepaskan Strategic Petroleum Reserve (SPR) atau cadangan minyak mentah sebanyak 240 juta barel untuk 6 bulan ke depan. Ini dilakukan setelah Barat menghujani Rusia dengan sanksi ekonomi akibat melancarkan invasi di Rusia.
JPMorgan memproyeksikan negara di Barat melepaskan minyak mentah hingga 1,3 juta bph dan dinilai cukup untuk memasok kebutuhan minyak yang biasanya datang dari Rusia sebesar 1 juta bph.
“Rilis SPR akan menjadi yang terbesar sepanjang masa dan telah mematahkan bagian belakang kurva harga WTI,” kata Direktur Eksekutif Energi Berjangka di Mizuho Robert Yawger, seperti dikutip Antara, Selasa (12/4).
Kemudian, mata uang dolar AS diproyeksikan akan terus mengalami penguatan terhadap mata uang asing lainnya. Penguatan dolar ini akan membuat harga minyak mentah lebih mahal bagi pemilik mata uang lainnya.
Uni Eropa dikabarkan tengah menggodok proposal untuk mengembargo minyak Rusia. Sementara itu, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) mewanti-wanti Uni Eropa bahwa sanksi terhadap Rusia dapat menciptakan guncangan pasokan minyak terburuk dalam sejarah.
Presiden AS Joe Biden sedang menggalang kekuatan dengan sekutunya di Asia, salah satunya dengan mengadakan pembicaraan dengan Perdana Menteri India Narendra Modi.
Sebagai importir minyak terbesar ketiga di dunia, India memiliki peran penting untuk membeli minyak mentah Rusia dengan harga yang murah. Terlebih, saat ini permintaan bahan bakar di India menanjak ke level tertinggi tiga tahun dengan penjualan bensin mencapai puncaknya sepanjang masa.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Kompas.com