Penguatan Yield Obligasi AS Tekan Rupiah ke Rp14.612
Nilai tukar rupiah berada di level Rp14.612 per dolar AS pada Selasa (13/4) pagi. Posisi tersebut melemah 0,12 persen dibandingkan perdagangan Senin (12/4) sore di level Rp14.595 per dolar AS.
Pagi ini, mayoritas mata uang di kawasan Asia terpantau melemah terhadap dolar AS. Yen Jepang melemah 0,16 persen, dolar Singapura melemah 0,01 persen dan won Korea Selatan melemah 0,11 persen.
Kemudian rupee India melemah 0,42 persen, ringgit Malaysia melemah 0,06 persen dan bath Thailand terpantau melemah 0,10 persen.
Sedangkan dolar Taiwan menguat 0,1 persen, peso Filipina menguat 0,04 persen dan yuan China menguat 0,02 persen.
Sementara itu, mata uang di negara maju bergerak bervariasi terhadap dolar AS. Poundsterling Inggris menguat 0,05 persen dan dolar Australia menguat 0,14 persen. Sebaliknya dolar Kanada melemah 0,10 persen dan franc Swiss melemah 0,12 persen.
Pengamat pasar keuangan Ariston Tjendra mengatakan rupiah kemungkinan masih bisa melemah akibat masih tingginya yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun.
“Yield saat ini berada di kisaran 1,67 persen,” ujarnya melalui keterangan tertulis, Selasa (13/4).
Selain itu laporan WHO mengenai kenaikan eksponensial kasus baru covid-19 juga bisa menekan rupiah karena hal tersebut memicu keengganan pelaku pasar masuk ke aset berisiko.
Kemudian, dari dalam negri, periode dividen yang mulai berlangsung di pekan ini biasanya juga memberikan tekanan untuk rupiah karena kebutuhan dollar untuk repatriasi dividen ke luar negri.
“Rupiah berpotensi melemah ke area Rp14.650 per dolar AS, dengan potensi support di kisaran Rp14.550 per dolar AS,” tandasnya.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Tribunnews.com