Ada Kabar Stimulus Biden, Harga Emas Dunia Naik Tipis Gaes!
Harga emas mulai merangkak naik seiring dengan munculnya kabar adanya stimulus fiskal bernilai jumbo yang diajukan oleh presiden terpilih Joe Biden.
Harga emas di pasar spot naik ke level US$ 1.851/troy ons hari ini, Jumat (15/1/2021). Logam kuning tersebut menguat 0,27% dibanding posisi penutupan harga kemarin.
Kemarin Presiden terpilih AS Joe Biden mengumumkan proposal stimulus senilai US$ 1,9 triliun. Namun indeks dolar masih di rentang 90, sementara imbal hasil nominal obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun masih di atas 1% sehingga menghambat kenaikan harga emas.
Emas dan dolar AS memiliki korelasi negatif yang kuat. Artinya gerak greenback berlawanan arah dengan emas. Saat dolar AS menguat harga emas cenderung melemah.
Emas memang ditransaksikan dalam dolar AS, sehingga penguatan dolar AS akan membuat emas menjadi lebih mahal terutama bagi investor lain yang tidak memegang mata uang tersebut.
Kemudian penguatan dolar AS mengindikasikan adanya kemungkinan bahwa pasar melihat prospek perekonomian yang lebih bagus ke depan. Kecenderungan penguatan dolar AS juga mencerminkan kebutuhan likuiditas yang tinggi seperti halnya yang terjadi saat pasar anjlok pada Maret tahun lalu.
Sejarah historis penggunaan emas sebagai salah satu tools moneter juga turut membentuk hubungan antara dolar AS dan emas. Tren pelemahan mata uang Paman Sam juga dikaitkan dengan potensi inflasi yang tinggi sehingga investor beralih untuk memegang bentuk uang lain yang bisa digunakan untuk lindung nilai, dalam hal ini emas.
Permintaan emas selain untuk perhiasan dan berbagai aplikasi industri lain ditopang oleh kebutuhan sebagai salah satu kelas aset untuk diversifikasi dalam investasi. Namun minat investor terhadap emas sangat bergantung pada biaya peluang (opportunity cost) memegang aset minim risiko lain seperti obligasi pemerintah.
Di pasar obligasi, kenaikan yield surat utang pemerintah AS terutama untuk tenor 10 tahun yang sering jadi acuan juga membebani harga emas. Imbal hasil nominal obligasi pemerintah AS tenor tersebut naik ke 1%, setelah sekian lama tertekan dan sempat turun ke bawah 0,5%.
Kenaikan imbal hasil nominal tersebut turut menekan harga emas, meski sejatinya jika dikalkulasi lebih lanjut imbal hasil riilnya masih negatif karena inflasi di AS 1,2%. Hal inilah yang membuat emas masih punya peluang menguat saat dolar AS mulai kendor dan yield obligasi menurun.
Peluang emas naik juga masih terbuka setelah ketua bank sentral AS Federal Reserves yakni Jorome Powell kembali menegaskan bahwa suku bunga acuan tidak akan dinaikkan dalam waktu dekat. Program pembelian aset keuangan atau quantitative easing (QE) juga masih akan tetap dilanjutkan.
Apabila indeks dolar dan imbal hasil obligasi pemerintah AS semakin turun, maka saat itulah harga emas akan punya potensi lebih besar untuk menguat.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Suara.com