Meski Virus Covid-19 Mengganas, Rupiah Tekan ‘Save Haven’ Yen
Nilai tukar rupiah menguat melawan yen Jepang pada perdagangan Rabu (12/2/2020) meski wabah virus corona atau yang diberi nama Covid-19 ini masih mengganas.
Pada pukul 9:40 WIB, JPY 1 setara dengan Rp 124,25, yen melemah 0,13% melawan rupiah di pasar spot, melansir data Refinitiv. Yen kembali mendekati level terlemah 2 tahun melawan rupiah di Rp 123,56 yang disentuh pada pekan lalu.
Selain rupiah, dolar AS juga menguat melawan yen, sebesar 0,1% ke level 108,87/US$.
Yen merupakan mata uang yang dianggap aset aman (safe haven) dan menjadi target investasi kala terjadi suatu gejolak baik itu di pasar finansial maupun di dunia.
Wabah Covid-19 menjadi isu utama dalam beberapa pekan terakhir, yang dikhawatirkan akan menekan pertumbuhan ekonomi global khususnya China yang menjadi asal wabah tersebut.
Berdasarkan data dari satelit pemetaan ArcGis, total korban meninggal akibat Covid-19 sebanyak 1.115 orang. Dari total tersebut, sebanyak dua orang yang meninggal di luar China. Covid-19 kini telah menjangkiti lebih dari 45.000 orang di seluruh dunia.
Meski demikian, upaya China meredam dampak Covid-19 ke perekonomian dengan menggelontorkan stimulus moneter disambut baik pelaku pasar.
Selain itu Sentimen pun membaik dan para investor kembali masuk ke aset-aset berisiko.
Selain itu, penasihat medis terkemuka di China mengatakan penyebaran Covid-19 akan mencapai puncaknya di bulan ini. Itu artinya dalam beberapa bulan ke depan, wabah virus yang berasal dari kota Wuhan tersebut akan berakhir.
Hal tersebut diperkuat oleh Zhong Nanshan, epidemiolog China yang berhasil ‘mengusir’ SARS pada 2002-2003, memperkirakan penyebaran virus Corona akan selesai dalam sekitar dua bulan mendatang.
“Saya berharap kejadian ini bisa selesai sekitar April,” ujar Zhong, sebagaimana diwartakan Reuters.
Akibat stimulus dari China serta potensi berakhirnya wabah Covid-19 membuat sentimen pelaku pasar membaik, dan kembali masuk ke aset-aset berisiko. Rupiah pun menguat, dan yen si safe haven menjadi kurang menarik.
Yen menyandang status safe haven karena Jepang memiliki suplus current account besar sehingga memberikan jaminan stabilitas bagi mata uangnya.
Selain itu Negeri Matahari Terbit merupakan negara kreditur terbesar di dunia. Berdasarkan data Kementerian Keuangan Jepang yang dikutip CNBC International, jumlah aset asing yang dimiliki pemerintah, swasta, dan individual Jepang mencapai US$ 3,1 triliun di tahun 2018. Status tersebut mampu dipertahankan dalam 28 tahun berturut-turut.
Jumlah kepemilikan aset asing oleh Jepang bahkan 1,3 kali lebih banyak dari Jerman yang menduduki peringkat kedua negara kreditur terbesar di dunia. Saat terjadi gejolak di pasar finansial, investor asal Jepang akan merepatriasi dananya di luar negeri, sehingga arus modal kembali masuk ke Negeri Matahari Terbit tersebut, dan yen menjadi menguat.
Sebaliknya ketika kondisi global stabil, yen cenderung melemah akibat imbal hasil investasi di Jepang yang relatif rendah, sehingga aliran modal kembali keluar dari Negeri Matahari Terbit.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Akurat.co
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]