Thanks The Fed, Harga Emas Global Bisa Meroket Lagi
Setelah bank sentral AS, Federal Reserve atau The Fed, mempertahankan suku bunganya pada Kamis dini hari (30/1/2020), harga emas dunia pun menguat.
Pada perdagangan Rabu lalu, harga emas sebenarnya melemah sepanjang perdagangan, tetapi setelah The Fed mengumumkan kebijakan moneter, harga logam mulia ini berbalik menguat dan berlanjut hingga Kamis sore kemarin.
Pada pukul 15:15 WIB Kamis kemarin, emas diperdagangkan di kisaran US$ 1.581,21, menguat 0,29% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Dini hari, Rabu malam, The Fed mengumumkan suku bunga tetap ditahan 1,5-1,75% di tahun ini, agar mencapai target inflasi 2%. Selain itu, The Fed juga masih mempertahankan program repurchase agreement (repo) senilai US$ 60 miliar per bulan, guna menambah likuiditas di pasar.
Gubernur The Fed, Jerome Powell, menyatakan program repo baru akan dikurangi sekitar bulan April sampai Juni.
Program repo tersebut diluncurkan setelah pasar uang antar bank (PUAB) di AS sedang mengalami pengetatan pada bulan September 2019, bahkan suku bunga overnight mencapai 10%, sebagaimana dilansir nasdaq.com.
Caranya, The Fed membeli surat-surat berharga seperti obligasi pemerintah AS jangka pendek (Treasury Bill), efek beragun aset (EBA), dan surat berharga lain dari bank konvensional. Selanjutnya, bank konvensional bisa kembali membeli surat berharga itu beberapa hari atau minggu kemudian, dengan bunga lebih rendah.
Program tersebut mirip dengan quantitative easing (QE) yang dilakukan The Fed saat krisis finansial 2008 hingga akhir 2014, yang membuat pasar dibanjiri likuiditas.
Efek yang ditimbulkan program repo juga mirip dengan efek QE, beberapa aset investasi mengalami penguatan.
Hal tersebut diakui oleh Presiden The Fed wilayah Dallas, Robert Kaplan, yang menyatakan kebijakan repo kemungkinan menyebabkan beberapa konsekuensi yang tidak disengaja.
“Di satu sisi ini bukan QE, tapi saya pikir ini memiliki beberapa efek seperti QE” kata Kaplan sebagaimana dilansir Finansial Times, Senin (20/1/2020) pekan lalu.
Salah satu efek yang ditimbulkan QE The Fed adalah harga emas dunia yang mencapai rekor tertinggi US$ 1.920/troy ons pada September 2011 lalu.
Program repo The Fed, yang mirip QE, dan masih berlangsung setidaknya hingga akhir April nanti tentunya memberikan angin segar bagi emas untuk kembali menguat. Apalagi pasar kembali dicemaskan akan penyebaran virus corona yang dapat menekan pertumbuhan ekonomi China.
Secara teknikal, emas yang kembali ke atas level kunci US$ 1.569/troy ons berpeluang melanjutkan penguatan, selama mampu bertahan di atas level tersebut.
Melihat grafik harian, emas yang disimbolkan XAU/USD masih bergerak di atas rerata pergerakan (Moving Average/MA) MA 8 hari (garis biru), MA 21 hari (garis merah), dan MA 125 hari (garis hijau).
Indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (MACD) bergerak turun di wilayah positif. Sementara histogramnya juga kembali memasuki wilayah positif, dan sangat dengan dengan level 0, yang menjadi pemisah antara sentimen bullish dan bearish. Indikator ini menunjukkan emas masih dalam fase konsolidasi.
Pada time frame 1 jam, emas bergerak di kisaran MA 8, tetapi di atas MA 21, dan MA 125. Indikator Stochastic bergerak turun dan masih berada di wilayah jenuh beli (overbought).
Harga emas masih bergerak di dekat US$ 1.580/troy ons . Jika mampu bertahan di atasnya, emas berpeluang menguat ke US$ 1.588/troy ons. Penembusan di atas level tersebut akan membuka peluang ke US$ 1,595/troy ons, sebelum menuju US$ 1.600/troy ons.
Sebaliknya jika kembali ke bawah US$ 1.580/troy ons, emas berisiko terkoreksi ke US$ 1.574/troy sons melihat indikator stochastic yang overbought. Penembusan di bawah US$ 1.574/troy ons akan emas berisiko turun lebih dalam menguji level kunci US$ 1.569/troy ons.
Selama tidak menembus ke bawah level kunci, emas cenderung masih akan menguat.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Ekonomi Bisnis
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]