Sentimen Global Bikin Rupiah Terkapar Lagi
Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.265 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pasar spot, Jumat (3/5) pagi. Angka itu melemah tipis 0,1 persen dibanding penutupan Kamis (2/5), yakni Rp14.252 per dolar AS.
Pagi hari ini, sebagian besar mata uang utama Asia melemah terhadap dolar AS. Won Korea Selatan melemah sebesar 0,2 persen, peso Filipina melemah 0,11 persen, ringgit Malaysia sebesar 0,08 persen, dan dolar Hong Kong serta dolar Singapura yang sama-sama melemah 0,01 persen.
Di Asia, hanya yen Jepang saja yang menguat dengan nilai 0,07 persen. Sementara itu, pergerakan mata uang negara maju terbilang bervariasi, seperti dolar Australia yang menguat 0,01 persen namun poundsterling Inggris melemah 0,03 persen dan euro melemah 0,04 persen.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan pelaku pasar masih mencerna ucapan Gubernur The Fed Jerome Powell pada Kamis (2/5) dini hari kemarin. Dalam hasil rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), The Fed memang mempertahankan tingkat suku bunga acuan Fed Rate sebesar 2,25 persen hingga 2,5 persen.
Namun, meski bersifat dovish, Powell mengatakan bahwa ekonomi AS yang tumbuh solid sejauh ini tidak dibaca sebagai sinyal perubahan kebijakan The Fed di masa depan.
Walhasil, indeks dolar AS masih menguat. Penguatan dolar AS kian kentara setelah zona Eropa mengumumkan indeks manufaktur (Purchasing Manufacturing Index/PMI) yang stagnan pada bulan April yakni 47,9, atau masih di bawah angka 50.
“Padahal nada dovish sebenarnya dinantikan pelaku pasar saat ini di tengah risiko perang dagang,” jelas Ibrahim, Jumat (3/5).
Dengan demikian, pada hari ini kemungkinan rupiah masih berada dalam rentang yang sama seperti kemarin. “Dan ditransaksikan di level Rp14.200 hingga Rp14.298 per dolar AS,” jelas dia.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra memprediksi dolar AS masih berpeluang menguat terhadap rupiah hari ini, karena sentimen Federal Reserve yang tidak memberikan indikasi pemangkasan suku bunga pascarapat moneter, Kamis (2/5) lalu.
The Fed juga memberi komentar positif mengenai pertumbuhan ekonomi dan pasar tenaga kerja AS.
Dari dalam negeri, data inflasi Indonesia yang stabil tidak banyak menggerakkan rupiah. Pasar menantikan data pertumbuhan ekonomi kuartal I 2019 yang akan dirilis awal pekan depan.
“Rupiah berpotensi bergerak di kisaran Rp14.200-Rp14.300 per dolar AS,” kata Ariston.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Sinar Harapan
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]