Singapura Waswas Kabut Asap, Imbau Warga Siapkan Masker

Pemerintah Singapura telah memperingatkan kemungkinan kabut asap yang bakal melanda negara kota itu pada 2023 ini.

Pada Mei lalu, Menteri Keberlanjutan dan Lingkungan Singapura Grace Fu mengatakan Badan Nasional Lingkungan (National Environment Agency/NEA) telah meminta Satuan Tugas Kabut Asap Singapura untuk meninjau dan mempersiapkan respons terkait kabut asap lintas batas.

Singapura kerap kerepotan dengan kabu asap yang dihasilkan dari kebakaran hutan di Indonesia setiap tahunnya.

“Sebagai tindakan pencegahan, warga Singapura mungkin bersiap-siap untuk melindungi orang-orang tersayang, seperti memastikan Anda punya persediaan masker wajah N95 yang cukup,” tulis Grace di Facebook yang dikutip Channel News Asia.

Ia kemudian melanjutkan, “Dan memiliki pembersih udara dalam kondisi yang baik.”

Menurut dia, pembersih udara portable bisa digunakan untuk menjaga tingkat partikel tetap rendah di ruang tertutup.

Perangkat dengan tingkat pembersih udara yang lebih tinggi juga bisa menghasilkan udara yang lebih bersih di ruangan.

Terkait kabut asap di Singapura, NEA menyatakan fenomena itu disebabkan kebakaran hutan regional. Kebakaran ini terjadi saat pembakaran terbuka digunakan untuk membersihkan lahan demi keperluan pertanian.

Pada 2019 lalu, Singapura pernah dilanda kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dan peningkatan titik api d Sumatera dan Kalimantan.

Hampir setiap tahun, kabut asap karhutla di kedua pulau Indonesia itu turut menyelimuti sebagian wilayah Singapura hingga Malaysia.

Sejumlah warga di dua negara tersebut pun mengeluh. Beberapa menyatakan kabut asap menyebabkan sakit kepala dan merepotkan.

Sementara itu, Badan Meteorologi Singapura menyatakan musim kemarau tahun ini bisa lebih intens dan berkepanjangan dibanding tahun sebelumnya.

Musim yang biasanya berlangsung dari Juni hingga September,diperkirakan akan berlanjut hingga Oktober. Kondisi tersebut dipicu El Nino dan Dipol Samudera Hindia atau Indian Nino yang terjadi.

El Nino merupakan pola iklim alami yang terjadi setiap tiga hingga lima tahun. Ini terkait dengan perubahan lautan dan atmosfer di bagian samudera pasifik dekat garis khatulistiwa.

Garis khatulistiwa merupakan garis imajiner yang berada di tengah Bumi. Garis ini membagi Bumi menjadi dua bagian: belahan bumi utara dan belahan bumi selatan.

Garis khatulistiwa melintasi 14 negara, termasuk wilayah di Samudra Pasifik dan beberapa kawasan di Indonesia.

Badan Meteorologi Singapura menduga sekitar 70 hingga 80 persen peristiwa El Nino terjadi tahun ini, dan berdampak terhadap curah hujan di negara tersebut.

Saat peristiwa El Nino terakhir yakni pada 2015 lalu, total curah hujan Singapura dari Juni hingga September hanya 35 persen.

 

 

 

 

 

Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Republika

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *