Batal ke Papua Nugini, Joe Biden Atur Ulang Kunjungan ke Kepulauan Pasifik
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dikabarkan akan mengatur ulang pertemuan dengan pemimpin negara Kepulauan Pasifik pada tahun ini. Hal itu disampaikan penasihat keamanan senior presiden, Jake Sullivan, setelah kabar pembatalan kunjungan Biden ke Papua Nugini menuai kekecewaan.
“Dalam tahun kalender ini, Anda akan melihat Presiden mengumpulkan para pemimpin dari negara Kepulauan Pasifik untuk pertemuan puncak besar. Ini akan menjadi kedua kalinya dalam 12 bulan dia melakukan itu,” kata Sullivan.
Meskipun demikian, kata Sullivan, pihaknya belum menjadwalkan tanggal pasti untuk kunjungan itu. “Namun, kami akan memasukkannya ke dalam buku sehingga kami bisa melanjutkan kemajuan dengan Kepulauan Pasifik,” tuturnya, dikutip dari The Straits Times, Jumat, 19 Mei 2023.
Sebelumnya, Biden dijadwalkan akan melakukan kunjungan singkat ke ibu kota Papua Nugini, Port Moresby, pada Senin depan setelah menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 di Jepang. Ia diketahui akan bertemu dengan 18 pemimpin negara Kepulauan Pasifik di sana.
Kunjungan tersebut pun dinilai sebagai bagian dari upaya AS untuk memperkuat hubungan di kawasan tersebut. Pasalnya, Beijing telah mengambil langkah untuk memperluas pengaruhnya dengan cepat.
Namun, Biden terpaksa membatalkan tur singkat itu lantaran harus fokus pada negosiasi plafon utang di AS. Pembatalan itu lantas menimbulkan kekecewaan dari sejumlah pemimpin negara Kepulauan Pasifik.
“Mereka jelas kecewa bahwa Presiden Joe Biden tidak akan menjadi presiden Amerika Serikat pertama yang pergi ke Papua Nugini,” ujar Sullivan.
“Namun, mereka juga sangat memperhatikan fakta bahwa presiden telah berbuat banyak dalam hal keterlibatan pribadinya dengan Kepulauan Pasifik daripada presiden sebelumnya,” sambungnya.
Krisis plafon utang AS
Krisis atas pagu utang AS menjadi masalah ekonomi global yang menyebabkan Biden terpaksa harus menunda kunjungan ke Papua Nugini dan Australia agar dia bisa kembali ke negaranya lebih awal.
Padahal, kunjungan Biden ke Papua Nugini dinilai sebagai langkah besar AS untuk membangun kepercayaan di kawasan Pasifik. Terlebih, ini akan tercatat dalam sejarah sebagai kunjungan pertama Presiden AS ke Papua Nugini.
“Untuk Papua Nugini ini adalah masalah yang sangat besar, dan mereka akan kecewa,” kata Mihai Sora, seorang analis Kepulauan Pasifik.
“Sampai saat ini, para pemimpin Kepulauan Pasifik telah memberi AS manfaat dari keraguan atas kemampuannya untuk terlibat kembali,” lanjutnya.
Keputusan Biden itu pun mengingatkan pembatalan perjalanan mantan presiden AS Barack Obama untuk menghadiri dua pertemuan puncak di Asia pada tahun 2013 karena penutupan pemerintah AS
Selain mengunjungi Papua Nugini, Biden juga telah dijadwalkan untuk bertemu dengan para pemimpin negara Quad, yakni Australia, Jepang dan India di Sydney, Australia. Namun, kini mereka akan bertemu dan berdiskusi di Jepang.
Kunjungan Presiden Xi Jinping
Presiden Tiongkok Xi Jinping diketahui telah mengunjungi kawasan Pasifik sebanyak tiga kali, termasuk kunjungan pada tahun 2018 ke Papua Nugini.
Di tahun 2022, Tiongkok telah menyepakati pakta keamanan dengan Kepulauan Solomon di saat negaranya tengah membangun kembali pelabuhan internasional. Tiongkok pun terus melobi untuk peran yang lebih besar di wilayah tersebut, setelah gagal menandatangani 10 negara untuk kesepakatan keamanan dan perdagangan.
Sementara itu, AS telah membuat kemajuan dalam memperbarui pakta kerja sama strategis dengan dua negara Kepulauan Pasifik yakni dengan Federasi Mikronesia dan Palau. Pakta tersebut menandakan bentuk pertanggungjawaban AS terhadap pertahanan dan pembangunan ekonomi negara-negara itu.
Sebagai imbalannya, AS akan mendapatkan akses eksklusif ke wilayah strategis Pasifik. Kesepakatan itu pun rencananya akan ditandatangani ketika Biden mengunjungi Port Moresby yang awalnya dijadwalkan pada Senin depan.
Sumber : medcom.id
Gambar : detik.com