Arema FC Kalah dari Persebaya Bukan karena Gaya Malangan

Arema FC kalah tipis 0-1 dari Persebaya Surabaya pada laga tunda pekan ke-28 yang dilaksanakan di Stadion PTIK Jakarta, Selasa (11/4/2023) malam.

Arema FC kalah dengan menurunkan komposisi tim bermaterikan 80 persen pemain asli Malang. Total ada sembilan pemain putra daerah Malang Raya yang mentas, dengan delapan di antaranya menjadi starter.

Delapan pemain tersebut adalah Dedik Setiawan, Dendi Santoso, Jhon Alfarizi, Jayus Haryono, Tito Hamzah, Achmad Figo, Joko Susilo, dan Teguh Amirudin.

Kemudian, Kushedya Hari Yudo juga sempat masuk menjadi pemain pengganti pada menit ke-84.

Pelatih Arema FC, Joko Susilo mengungkapkan alasan di balik keputusannya untuk menurunkan banyak pemain asli Malang.

“Starting tadi karena kami tidak ada pemain lagi. Jadi, pemain inti kami terkendala kartu dan cedera dan kami harus memainkan itu,” ujar pelatih berlisensi AFC Pro tersebut.

“Kami kasih kewajiban, bahwa semua pemain mempunyai kewajiban sama, bagaimana sebagai profesional untuk mengemban untuk nama Arema FC,” ujarnya lagi.

Arema FC diketahui banyak memulangkan putra daerah pada bursa transfer paruh musim Liga 1 2022-2023 lalu.

Hal itu dilakukan sebagai upaya untuk merestorasi filosofi sepak bola khas Malang, yakni “Malangan” yang sempat redup pada beberapa tahun terakhir.

Berbekal talenta asli Malang, permainan tim berjuluk Singo Edan tampak kembali agresif dan berani dalam menyerang. Akan tetapi, efektivitas permainan Arema FC masih perlu dipoles.

Pada pertandingan melawan Persebaya, Dedik Setiawan dkk sejatinya cukup mampu mengimbangi permainan sang rival.

Mengacu statistik, Arema mampu melepas 14 tembakan dengan empat mengarah ke gawang.

Jumlah tersebut lebih banyak dari Persebaya yang hanya menciptakan 11 upaya dan empat tembakan ke gawang.

Joko Susilo sebagai pelatih Arema FC mengambil tanggung jawab penuh kekalahan dari Persebaya ini.

Ia enggan melimpahkan beban kepada anak asuhnya. Joko Susilo menerangkan seluruh anggota tim sudah berusaha untuk mengeluarkan gaya Malangan.

“Permainan gaya Malang memerlukan teknik dan fisik, terutama fisik yang cukup mumpuni. Kami tidak bisa seperti saat pertandingan. Pada pertandingan sebelumnya, juga babak terakhir kami sudah mulai turun. Itu tidak masalah, karena kami sudah berpikir tahun ini, juga tahun depan,” ucapnya.

Joko Susilo pun mempertegas bahwa kekalahan ini bukan karena gaya Malangan maupun pemain asli Malang yang mendominasi susunan starter.

“Kalau mau tetap di sini, itulah style (gaya) dan filosofi yang kami mainkan. Kami menancapkan itu saja,” tutur mantan pelatih Persik Kediri tersebut.

“Jadi, kalau mau menyalahkan, salahkan kami pelatih. Jadi, pemain cukup menjalankan instruksinya. Bukan mereka yang salah, tapi kami yang salah,” katanya menutup.

 

 

Sumber : kompas.com
Gambar : Bola Kompas

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *