Harga Minyak Stabil usai Libur Natal

Harga minyak stabil pada Selasa (27/12), waktu Amerika Serikat (AS). Hal itu seiring dengan terganggunya operasional beberapa pembangkit energi AS oleh badai musim dingin.

Pada saat yang sama, prospek kenaikan permintaan muncul usai China melonggarkan pembatasan covid-19.

Dilansir Reuters, harga minyak mentah Brent naik 41 sen atau 0,5 persen menjadi US$84,33 per barel.

Sementara, harga minyak mentah West Texas Intermediate AS turun 3 sen menjadi US$79,53 per barel.

Kedua harga acuan mencapai level tertinggi sejak 5 Desember di awal sesi. Pada awal pekan ini, pasar Inggris dan AS ditutup untuk liburan Natal.

Kilang di sepanjang Pantai Teluk mulai melanjutkan operasi dan meningkatkan produksi setelah ledakan Arktik menekan suhu jauh di bawah titik beku dan menyebabkan hilangnya daya, instrumentasi, dan uap di fasilitas di sepanjang Pantai Teluk AS.

Suhu dingin juga memotong produksi minyak dan gas dari North Dakota ke Texas.

Otoritas Pipa Dakota Utara AS mengungkapkan produksi sekitar 450 ribu-500 ribu barel minyak per hari dibatasi selama akhir pekan Natal di ladang minyak Bakken. Operator bekerja dengan cepat untuk memulihkan produksi yang hilang.

“Cuaca AS diperkirakan membaik minggu ini, yang berarti reli mungkin tidak akan berlangsung terlalu lama,” ujar Kepala Analis Fujitomi Securities Kazuhiko Saito.

Di sisi lain, China akan berhenti mewajibkan pelancong untuk melakukan karantina. mulai 8 Januari. Hal ini sebagai upaya pelonggaran pembatasan covid-19 di perbatasan yang sebagian besar telah ditutup sejak 2020.

“Ini tentu sesuatu yang diharapkan oleh para pedagang dan investor,” ujar Analis Avatrade Naeem Aslam.

Kemarin, Presiden Rusia Vladimir Putin juga menandatangani dekrit yang melarang pasokan minyak dan produk minyak ke negara-negara yang berpartisipasi dalam pembatasan harga mulai 1 Februari selama lima bulan. Kekhawatiran atas kemungkinan pemotongan produksi oleh Rusia juga turut mengerek harga.

Pada Jumat lalu, Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengungkap Negeri Beruang Merah bisa memangkas produksi minyak sebesar 5 persen hingga 7 persen pada awal 2023 sebagai respons atas pembatasan harga yang diterapkan sejumlah negara.

Pembatasan harga itu merupakan sanksi atas invasi Rusia ke Ukraina sejak 24 Februari lalu.

 

 

 

 

Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Kumparan

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *