Yield Obligasi AS Naik, Rupiah Tertekan ke Rp14.241
Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.241 per dolar AS di perdagangan pasar spot pada Rabu (17/11). Mata uang Garuda melemah 21 poin atau 0,15 persen dari Rp14.220 per dolar AS pada Selasa (16/11).
Rupiah melemah bersama mayoritas mata uang Asia lainnya, seperti won Korea Selatan melemah 0,22 persen, ringgit Malaysia minus 0,15 persen, peso Filipina minus 0,12 persen, dolar Hong Kong minus 0,01 persen, dan dolar Singapura minus 0,01 persen.
Namun yen Jepang menguat 0,03 persen, baht Thailand 0,03 persen, dan yuan China 0,1 persen. Begitu pula dengan mayoritas mata uang utama negara maju, cuma euro Eropa yang menguat 0,02 persen.
Sisanya berada di zona merah. Dolar Australia melemah 0,26 persen, rubel Rusia minus 0,04 persen, dolar Kanada minus 0,02 persen, franc Swiss minus 0,02 persen, dan poundsterling Inggris minus 0,02 persen.
Analis Pasar Uang Ariston Tjendra memperkirakan rupiah akan melemah di kisaran Rp14.200 sampai Rp14.300 per dolar AS pada hari ini. Sentimen datang dari kenaikan tingkat imbal hasil (yield) surat utang AS, US Treasury bertenor 10 tahun ke 1,64 persen.
Kenaikan ini terjadi berkat rilis data penjualan ritel AS yang meningkat 1,7 persen pada Oktober 2021. Angkanya lebih dari ekspektasi 1,2 persen.
“Kenaikan penjualan ritel ini mendukung kenaikan inflasi yang disebabkan tingginya konsumsi. Skenario percepatan kenaikan suku bunga acuan AS terbuka,” ujar Ariston kepada CNNIndonesia.com.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : BeritaSatu.com