IHSG Balas Dendam, Dibuka Menguat Nyaris 1%

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat 0,1% ke level 6.234,75 pada perdagangan awal pekan ini, Senin (4/10/2021).

Seolah balas dendam pasca ambles nyaris 1% di akhir pekan lalu, kini IHSG melaju kencang. Pada 09.05 WIB, IHSG melanjutkan penguatannya dengan apresiasi sebesar 0,78%.

Sebanyak 270 saham menguat, 107 melemah dan 109 stagnan. Transaksi langsung tembus Rp 1 triliun di awal perdagangan. Asing juga net buy Rp 174 miliar di pasar reguler.

Duo saham perbankan BUMN big cap yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) merupakan saham yang paling diborong asing dengan net buy masing-masing Rp 81,7 miliar dan Rp 19,5 miliar.

Sementara itu saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dan PT MNC Vision Networks Tbk (IPTV) menjadi dua saham yang paling dilego asing dengan net sell masing-masing sebesar Rp 8,1 miliar dan Rp 3,2 miliar.

Dalam dua hari terakhir perdagangan pekan lalu nilai transaksi IHSG tembus di atas Rp 20 triliun. Hal ini terbantu oleh ramainya transaksi saham di pasar negosiasi.

Adanya transaksi nego jumbo tersebut direspons positif di pasar reguler, saham-saham yang diperdagangkan di pasar negosiasi cenderung mengalami apresiasi di pasar reguler.

Apabila tren tersebut berlanjut maka transaksi IHSG bisa kembali tembus Rp 20 triliun dan saham-saham yang ditransaksikan di pasar negosiasi bisa menguat.

Sentimen lain yang perlu dicermati oleh pelaku pasar adalah krisis energi di berbagai belahan dunia karena langka dan mahalnya harga gas.

Pangkal masalahnya adalah harga gas alam yang semakin mahal. Minggu ini, harga gas alam di Henry Hub (Oklahoma, AS) melesat 19,45%. Sejak akhir 2020 (year-to-date/ytd), harga gas alam meroket 118,35%.

Di tengah kenaikan harga gas alam yang juga mengerek harga sumber energi lain seperti batu bara, Indonesia sebagai negara produsen dan eksportir menjadi diuntungkan.

Selanjitnya ada perkembangan debt ceilings di AS yang jika tidak segera menemukan solusi bisa memantik adanya risiko default surat utang AS.
Untuk sementara memang sudah ada solusi. Pekan ini, Presiden AS Joseph ‘Joe’ Biden sudah meneken beleid untuk mendanai kebutuhan pemerintahan hingga 3 Desember 2021.

Namun masalah belum selesai. Aturan itu hanya menjadi payung hukum untuk anggaran operasional pemerintahan dan kebutuhan yang sudah dianggarkan sebelumnya seperti penempatan pengungsi Afganistan sebesar US$ 6,3 miliar dan bantuan korban bencana US$ 28,6 miliar.

Anggaran itu belum termasuk pembayaran bunga utang yang jatuh tempo dalam waktu dekat. Jika sampai 18 Oktober 2021 belum ada kesepakatan, maka AS terancam gagal bayar utang (default) untuk kali pertama sepanjang sejarah.

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : CNN Indonesia

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *