Harga Minyak Dunia Tertekan Proyeksi Kenaikan Pasokan Iran
Harga minyak dunia tergelincir lebih dari dua persen pada akhir perdagangan Kamis (20/5), waktu Amerika Serikat (AS). Pelemahan terjadi setelah sejumlah diplomat mengungkap kemajuan kesepakatan untuk mencabut sanksi AS terhadap Iran yang dapat mengerek pasokan minyak dunia.
Dilansir dari Antara, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juli turun 2,3 persen menjadi US$65,11 per barel. Penurunan juga terjadi pada harga hinyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni sebesar 2,1 persen menjadi US$62,05 per barel. Pada sesi sebelumnya, kedua kontrak merosot sekitar 3 persen
Dalam pidato yang disiarkan televisi lokal, Presiden Iran Hassan Rouhani mengungkapkan sanksi terhadap minyak, pengiriman, petrokimia, asuransi, dan bank sentral telah dibahas dalam pembicaraan tersebut.
“Ada ruang di pasar global untuk lebih banyak minyak Iran tetapi dalam jangka pendek itu membebani (harga minyak) hari ini,” ujar Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group di Chicago.
Di sisi lain, diplomat Eropa mengatakan kesuksesan tidak dijamin dan masalah-masalah yang sangat sulit tetap ada, sementara seorang pejabat senior Iran membantah pernyataan presiden.
Sumber dari pejabat perusahaan dan industri mengungkapkan kilang-kilang penyulingan India dan setidaknya satu penyulingan Eropa disebut tengah mengevaluasi kembali pembelian minyak mentah untuk memberi ruang bagi minyak Iran pada paruh kedua tahun ini. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi pencabutan sanksi AS terhadap Iran.
“Dengan pertumbuhan permintaan minyak global yang diproyeksikan akan sehat untuk keseimbangan tahun ini dan pada 2022, kelompok produsen (OPEC+) berada dalam posisi yang relatif nyaman untuk menangani peningkatan produksi Iran tanpa merusak penyeimbangan kembali minyak,” kata analis PVM.
Selanjutnya, harga juga tertekan oleh kekhawatiran tentang prospek permintaan di Asia setelah kenaikan kasus covid-19 di India.
Spekulasi bahwa Bank Sentral AS bakal memperketat kebijakan moneternya membebani prospek pertumbuhan ekonomi dan telah mendorong beberapa investor untuk mengurangi eksposur terhadap minyak dan komoditas lainnya.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) mengatakan peringatan keras dari Badan Energi Internasional (IEA) untuk menghentikan pendanaan baru bahan bakar fosil dapat menyebabkan ketidakstabilan harga minyak jika hal itu ditindaklanjuti.
Pada Selasa lalu, IEA menilai investor seharusnya tidak mendanai proyek pasokan minyak, gas, dan batu bara baru jika dunia ingin mencapai emisi nol bersih pada 2050.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Pasardana