Harga Minyak Capai Level Tertinggi dalam Sebulan
Harga minyak mentah global tembus level tertinggi baru dalam empat pekan terakhir pada perdagangan Kamis (15/4). Kenaikan harga minyak ditopang optimisme proyeksi permintaan dari Badan Energi Internasional (IEA) dan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC).
Melansir Antara, Jumat (16/4), kontrak berjangka Brent untuk pengiriman Mei menguat 36 sen atau 0,5 persen menjadi US$66,94 per barel. Kemarin, Brent melonjak hampir 4,6 persen.
Sementara itu minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei naik 31 sen atau 0,5 persen menjadi US$63,46 per barel. Sebelumnya, WTI tercatat naik 4,9 persen.
Itu adalah posisi penutupan tertinggi untuk kedua kontrak acuan sejak 17 Maret lalu. Selain itu, kedua kontrak acuan tersebut naik selama empat hari berturut-turut untuk pertama kalinya sejak Februari.
“Minyak mulai terhubung kembali dengan ekuitas yang kuat dengan bantuan dari pelemahan dolar AS,” kata Presiden Ritterbusch and Associates Jim Ritterbusch, di Galena, Illinois.
IEA dan OPEC merevisi naik perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global mereka tahun ini, masing-masing menjadi 5,7 juta barel per hari (bph) dan 5,95 juta bph.
Perbaikan proyeksi permintaan itu mempertimbangkan pemulihan perekonomian dari pandemi covid-19. Sementara itu, penjualan ritel AS menguat lebih tinggi dari proyeksi analis usai warga AS menerima bantuan langsung tunai dari pemerintah sejalan dengan berjalannya program di AS yang memungkinkan masyarakat kembali beraktivitas secara perlahan.
Dari sisi pasokan, pemerintah AS mengungkapkan persediaan minyak mentahnya turun 5,9 juta barel pekan lalu, dimana stok minyak mentah di East Coast jatuh ke rekor terendah.
Disiplin pasokan yang dibarengi dengan rebound ekonomi diperkirakan memberikan minyak kesempatan untuk menguat.
“Kami tetap meyakini minyak Brent bisa mencapai level US$80 per barel pada kuartal ketiga di tengah pemulihan permintaan jangka pendek dan disiplin pasokan,” kata laporan dari Goldman Sachs.
Kenaikan minyak juga ditopang pelemahan dolar AS. Laba positif dari beberapa perusahaan mendorong Indeks S&P 500 dan Dow Jones ke rekor tertinggi, serta mendorong harapan rebound ekonomi.
Ini membuat dolar AS jatuh ke level terendah dalam empat minggu terhadap mata uang utama lainnya. Kejatuhan dolar AS membuat minyak lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
“Kenaikan pada Rabu (14/4) sedikit berlebihan, tetapi dibangun dengan alasan yang valid karena beberapa laporan penting memperkirakan pertumbuhan permintaan untuk paruh kedua tahun ini,” Kepala Pasar Minyak Rystad Energy, Bjornar Tonhaugen
Namun, beberapa pelaku pasar memperkirakan kenaikan harga minyak tertahan oleh rencana OPEC untuk memangkas pengurangan produksi mulai bulan depan. OPEC dan sekutunya, termasuk Rusia, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, setuju untuk mengembalikan produksi sekitar 2 juta bph selama tiga bulan ke depan.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Bisnis.com