Harga Minyak Koreksi, tapi Masih di Level Tertinggi Setahun
Kendati harga minyak mentah mengalami koreksi pada perdagangan pagi hari ini, Jumat (13/3/2021), tetapi si emas hitam masih berada di kisaran posisi tertingginya dalam satu tahun terakhir.
Harga kontrak minyak yang aktif diperdagangkan di bursa berjangka mengalami penurunan lebih dari 0,1%. Harga Brent terpangkas 0,13% ke US$ 69,54/barel. Di saat yang sama harga kontrak West Texas Intermediate (WTI) drop 0,21% ke US$ 65,88/barel.
Harga minyak yang terkoreksi lebih menunjukkan adanya indikasi ambil untung para spekulan mengingat secara sentimen masih positif. Kenaikan harga minyak mentah di bursa berjangka didukung oleh mulai melemahnya dolar AS.
Indeks dolar yang terus menerus menguat akhirnya turun. Pelemahan greenback ini menguntungkan harga emas yang dipatok dalam dolar AS seperti emas dan minyak mentah.
Di sisi lain penandatanganan stimulus fiskal jumbo senilai US$ 1,9 triliun di AS oleh sang Presiden yaitu Joe Biden pada hari kemarin ikut menjadi katalis positif untuk harga minyak. Pada dasarnya stimulus akan membuat prospek ekonomi membaik sehingga diharapkan permintaan akan si emas hitam juga berangsur membaik.
Dalam laporan bulanannya, Organisasi Negara Eksportir Minyak (OPEC) mengatakan permintaan akan naik 5,89 juta barel per hari (bph) pada 2021 atau naik 6,5% dari bulan lalu. Namun kelompok tersebut memangkas perkiraannya untuk paruh pertama tahun ini.
OPEC memperkirakan total permintaan minyak diperkirakan mencapai 96,3 juta barel per hari dengan sebagian besar konsumsi muncul di paruh kedua. Lebih lanjut OPEC mengatakan bahwa pertumbuhan permintaan tahun ini tidak akan dapat mengkompensasi kekurangan besar dari tahun 2020 karena mobilitas diperkirakan akan tetap terganggu sepanjang tahun 2021.
Sektor padat minyak, terutama perjalanan dan transportasi, akan tetap terpengaruh secara tidak proporsional, dengan dampak negatif yang lebih besar pada permintaan minyak 2020 dan kontribusi positif yang lebih rendah terhadap permintaan minyak 2021, relatif terhadap pertumbuhan ekonomi global.
Laporan itu juga menunjukkan produksi minyak OPEC yang lebih rendah pada Februari karena sebagian besar anggota OPEC+ kembali menahan produksi dan Arab Saudi menjanjikan pemotongan sukarela sebesar 1 juta barel per hari untuk Februari dan Maret.
OPEC mengatakan produksi Februari turun 650.000 barel per hari menjadi 24,85 juta barel per hari, didorong oleh langkah Arab Saudi. Riyadh mengatakan kepada OPEC bahwa mereka melakukan hampir semua pengurangan, menurunkan produksi sebesar 956.000 barel per hari menjadi 8,147 juta barel per hari.
Arab Saudi sebagai bagian dari keputusan OPEC+ pekan lalu memperpanjang pemotongan sukarela hingga April. Para kartel tersebut masih menahan sekitar 8,1 juta barel per hari pada Februari.
Dari sisi pasokan harga minyak juga naik setelah pelabuhan minyak di Ras Tanura Arab Saudi terkena serangan drone dari kelompok pemberontak Houthi minggu lalu. Kendati tidak ada kerusakan yang signifikan tetapi berita tersebut cukup membuat pasar bergejolak.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : BeritaSatu.com