Amanda Gorman, Pujangga Muda di Pelantikan Joe Biden
Salah satu penampil yang menarik perhatian dalam pelantikan Joe Biden-Kamala Harris, Rabu (20/1), adalah pujangga Amanda Gorman. Ia membacakan puisi ciptaannya sendiri bertajuk The Hill We Climb.
Puisi tersebut dibuat Gorman terinspirasi dari kerusuhan yang terjadi di Capitol Hill beberapa waktu lalu, yang dianggap sebagai momen kelam dalam sejarah demokrasi di Amerika Serikat.
“Di mana kita bisa menemukan cahaya di tempat teduh yang tak pernah berakhir ini?” lantun Gorman.
“Namun, fajar adalah milik kita sebelum kita menyadarinya. Entah bagaimana kita melakukannya. Entah bagaimana kita melewati dan menyaksikan sebuah bangsa yang tidaklah rusak, tetapi belum selesai,” lanjutnya.
Aksi Gorman kemudian menjadi buah bibir. Mantan menteri tenaga kerja AS, Robert Reich berkomentar memuji sajak yang dibawakan oleh pujangga tersebut.
“Saya cukup tua untuk mengingat Robert Frost membaca puisi pada pelantikan JFK. Dia bagus, tapi Amanda Gorman hari ini luar biasa,” kata Reich, dikutip dari ET.
“Dengan kata-katanya yang kuat dan pedih, [Gorman] mengingatkan kita akan kekuatan yang kita pegang masing-masing dalam menegakkan demokrasi kita. Tetap bersinar, Amanda! Saya tidak sabar untuk melihat apa yang kau lakukan selanjutnya,” timpal Michelle Obama.
Diberitakan ET, berikut sejumlah hal yang perlu diketahui dari sosok Amanda Gorman yang sukses memikat hati pada pelantikan Joe Biden-Kamala Harris.
Gorman mencetak sejarah pada Rabu (20/1) dengan menjadi orang termuda yang menulis dan membacakan puisi dalam pelaksanaan pelantikan presiden AS. Ia lahir pada 1998 dan merupakan orang pertama yang namanya masuk National Youth Poet Laureate.
Orang Los Angeles itu menggambarkan dirinya yang masih 22 tahun sebagai “gadis kulit hitam kurus, keturunan dari budak dan dibesarkan oleh seorang ibu tunggal [yang] dapat bermimpi menjadi presiden, hanya untuk mendapati dirinya membaca [puisi] untuk satu orang,” ucapnya kala membacakan puisi.
Gorman mengatakan kepada The New York Times bahwa dia menyelesaikan puisi tersebut setelah pendukung Donald Trump menyerbu Capitol Hill pada 6 Januari lalu.
“Saya tidak akan mengabaikan apa yang telah kita lihat selama beberapa minggu terakhir ini dan, saya berani katakan, beberapa tahun terakhir ini,” kata Gorman.
“Tapi apa yang benar-benar ingin saya buat dalam puisi itu adalah bisa menggunakan kata-kata saya untuk membayangkan cara di mana negara kita masih bisa bersatu dan masih bisa sembuh,” lanjutnya.
Setelah Gorman membacakan puisi, Oprah Winfrey berkicau di media sosial. “Saya tak bisa lebih bangga selain melihat wanita muda lain bangkit! Brava Brava, @TheAmandaGorman! Maya Angelou bersorak – dan saya juga,” katanya.
Selain sebagai pujangga, Gorman juga seorang penulis buku yang telah diterbitkan. Ia pernah merilis buku kumpulan puisi bertajuk The One for Whom Food Is Not Enough pada 2015.
Sementara itu, ia juga membuat buku anak-anak pertamanya yang diketahui bertajuk Change Sings: A Children’s Anthem. Buku itu akan dirilis pada September mendatang.
Gorman diketahui menempuh studi Sosiologi di Harvard University dan mengaku kepada Los Angeles Times bahwa ia berencana maju menjadi presiden AS sesegera ia cukup dewasa untuk melakukannya.
“Tidak dapat disangkal bahwa kemenangan baginya [Kamala Harris] adalah kemenangan bagi kami semua yang ingin melihat direpresentasikan sebagai perempuan kulit berwarna di pemerintahan,” kata Gorman.
“Itu membuatnya lebih bisa dibayangkan. Begitu gadis kecil bisa melihatnya, ia bisa menjadi itu. Karena mereka bisa menjadi apa saja yang mereka inginkan, tetapi representasi untuk mewujudkan impian itu sangat besar – bahkan bagi saya,” lanjutnya, dikutip dari ET.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : CNN Indonesia