Perundingan OPEC Tekan Harga Minyak di Awal Tahun
Harga minyak dunia melemah dari lebih dari 1 persen di hari pertama perdagangan tahun ini. Hal tersebut dipicu kegagalan OPEC+ menyepakati peningkatan produksi pada Februari.
Mengutip Antara Selasa (5/1), harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret melemah 71 sen atau 1,4 persen ke level US$51,09 per barel. Sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Februari merosot 90 sen atau 1,9 persen menjadi US$47,62 per barel.
Meski demikian, di awal sesi perdagangan, WTI sempat mencapai level tertinggi sejak Februari 2020 dan Brent tertinggi sejak Maret 2020.
OPEC+ yang merupakan organisasi negara-negara pengekspor minyak dan sekutunya gagal mencapai kesepakatan peningkatan produksi minyak lantaran Arab Saudi menentang lebih banyak produksi karena penguncian baru virus corona.
Sementara Rusia memimpin seruan untuk produksi yang lebih tinggi dengan alasan pulihnya permintaan.
“Apa pun bisa terjadi, tetapi Rusia mungkin tidak ingin kehilangan muka dan menyerah begitu saja. Sepertinya kami mungkin akan menjalani negosiasi yang panjang,” kata Bjornar Tonhaugen, kepala pasar minyak di Rystad Energy.
Padahal, dalam pertemuan terakhir, OPEC+ setuju untuk meningkatkan produksi sebesar 500 ribu barel per hari mulai Januari dan mengatakan akan bertemu setiap bulan mulai Januari ini untuk memutuskan penyesuaian produksi lebih lanjut.
Selain kesepakatan yang gagal tercapai dalam perundingan OPEC+, harga minyak mentah dunia juga masih dipengaruhi covid-19. Selama setahun terakhir, harga patokan AS merosot 20,5 persen, sementara minyak mentah Brent anjlok 21,5 persen.
Di Eropa, Inggris merencanakan penguncian baru untuk memperlambat lonjakan kasus covid-19. Sementara Jerman sedang mempertimbangkan penundaan pemberian dosis kedua vaksin covid-19 karena kelangkaan pasokan.
Sementara di Timur Tengah, berita yang mempengaruhi harga sangat beragam. Pada hari sebelumnya, usai Pengawal Revolusi Iran menyita kapal tanker berbendera Korea Selatan di perairan Teluk dan dilanjutkannya pengayaan uranium di fasilitas nuklir bawah tanah negeri Iran, harga minyak mendapatkan sentimen positif.
Namun, di kemudian hari, harga kembali tertekan karena menteri luar negeri Kuwait mengatakan Arab Saudi akan membuka kembali wilayah udara dan perbatasan darat dan lautnya ke Qatar mulai Senin sore (4/1) sebagai bagian dari kesepakatan untuk menyelesaikan perselisihan politik. Hal tersebut menyebabkan Riyadh dan sekutunya memberlakukan boikot terhadap Qatar.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Okezone