Minyak Tak Suka Biden Ungguli Trump, Harganya Ambles

Harga kontrak futures minyak mentah drop di saat kandidat presiden AS yang diusung Partai Demokrat Joe Biden mengungguli petahana Donald Trump jauh.

Pada Kamis (5/11/2020) harga kontrak berjangka minyak drop lebih dari 2%. Pada 09.40 WIB harga kontrak Brent turun 2,04% ke US$ 40,38/barel sedangkan untuk kontrak West Texas Intermediate (WTI) drop 2,07% ke US$ 38,34/barel.

Penghitungan suara masih terus belangsung. Biden untuk sementara waktu mendapat 71,9 juta suara populer dan 264 suara elektoral meninggalkan rivalnya Donald Trump dengan 68,5 juta suara populer dan 214 suara elektoral, melansir Associated Press.

Kemenangan Joe Biden akan sangat berpengaruh terhadap kebijakan energi AS. Biden dikenal dengan kebijakannya yang kontra terhadap bahan bakar fosil. Namun kemenangan Biden tak serta merta membuat pasar minyak goyang.

Pasalnya komposisi kongres juga harus diperhatikan. Berdasarkan survei kemungkinan besar Partai Republik masih akan menguasai Senat sementara Demokrat akan menguasai majelis rendah (House) dan lembaga eksekutif.

Komposisi yang masih terbelah ini juga akan berpengaruh terhadap kebijakan stimulus jilid II AS yang masih belum menemukan titik terang sampai sekarang. Hal inilah yang membuat dolar AS cenderung menguat dan menekan berbagai harga komoditas yang dibanderol dalam mata uang tersebut, salah satunya minyak.

Namun harga emas hitam sempat melesat kemarin. Pemicunya adalah kabar dari para kartel produsen minyak dankoleganya yang dikenal dengan sebutanOPEC+. Organisasi tersebut dikabarkan akan menunda untuk peningkatan pasokan 2 juta barel per hari (bph) pada Januari.

Alasannya adalah gelombang kedua Covid-19 yang melanda Eropa dan membuat lockdown kembali marak.

“Mobilitas rata-rata di jalan raya di Prancis, Italia dan Spanyol telah turun ke level terendah sejak akhir Juni, yang mana bukan pertanda baik untuk permintaan bensin,” kata ANZ Research sebagaimana diwartakan Reuters.

“Ini kemungkinan akan menekan aliansi OPEC+ untuk menunda kenaikan produksi yang direncanakan pada Januari,” tulis ANZ Research dalam laporannya.

Kenaikan harga juga didukung oleh penurunan stok minyak mentah AS yang lebih besar dari perkiraan, meskipun itu sebagian karena penghentian produksi jangka pendek di Teluk Meksiko menjelang Badai Zeta.

Analis mengatakan data persediaan AS tidak semuanya positif, dengan persediaan bensin meningkat 1,5 juta barel yang bertentangan dengan ekspektasi analis dengan prediksi akan terjadi penurunan.

 

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : CNBC Indonesia

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *