Sentimen Campur Aduk, Harga Minyak Brent & WTI Gak Kompak
Harga minyak mentah untuk kontrak pengiriman Desember bergerak tak kompak pada perdagangan pagi ini, Rabu (21/10/2020). Harga minyak acuan global Brent terkoreksi sementara patokan Amerika Serikat (AS) West Texas Intermediate (WTI) flat.
Pada 09.40 WIB, harga minyak berjangka Brent turun 0,63% ke US$ 42,89/barel. Di saat yang sama harga minyak berjangka WTI cenderung tetap dan tak bergerak dari level penutupan kemarin di US$ 41,46/barel.
Sentimen di pasar minyak memang sedang campur aduk. Berangkat dari sentimen negatif terlebih dahulu, stok minyak mentah AS pekan lalu mengalami kenaikan.
Laporan asosiasi industri AS (API) menyebut bahwa stok minyak mentah naik 584 ribu barel menjadi 490,6 juta barel pada pekan yang berakhir di 16 Oktober lalu.
Kenaikan stok minyak ini berbeda dengan proyeksi analis yang memperkirakan bakal susut 1 juta barel. Kini pasar tengah menunggu rilis data resmi dari pemerintah yang akan diumumkan oleh EIA nanti malam.
Di sisi lain pasar juga mendapatkan pasokan tambahan dengan mulai beroperasinya ladang minyak raksasa Libya. Peningkatan kasus Covid-19 yang terus terjadi terutama di Benua Eropa dan Amerika Utara semakin membuat prospek pemulihan permintaan minyak kembali suram.
“Persediaan AS yang lebih tinggi memicu kekhawatiran kelebihan pasokan pada saat kasus virus corona meningkat di seluruh dunia, yang dapat menghambat pemulihan permintaan bahan bakar,” kata Satoru Yoshida, seorang analis komoditas di Rakuten Securities, melansir Reuters.
Ada kecemasan oversupply akan kembali terjadi. Para pelaku pasar menunggu sinyal dari kartel yang dikenal dengan sebutan OPEC+ apakah akan memangkas produksi minyak lebih lanjut dengan volume sama di tahun depan.
Sebagai informasi OPEC+ telah sepakat untuk memangkas output minyak mereka sebesar 7,7 juta barel per hari (bpd) setara dengan 8% dari output global mulai dari Juli-Desember. Untuk bulan Januari tahun depan pemangkasan tersebut akan diturunkan 2 juta bpd menjadi 5,7 juta bpd saja.
Namun melihat pasar minyak kembali digoyang isu kelebihan pasokan kebijakan OPEC+ akan sangat mempengaruhi harga emas hitam tersebut. Merespons berbagai pemberitaan di pasar Menteri Energi Rusia mengatakan bahwa mendiskusikan produksi minyak setelah bulan Desember adalah tindakan yang terlalu dini.
Beralih ke kabar positifnya, Gedung Putih dan Partai Demokrat kini semakin dekat dengan kesepakatan seputar stimulus ekonomi lanjutan. Presiden Donald Trump disebut melunak dan bersedia untuk memberikan nominal stimulus dalam jumlah yang lebih besar.
Tambahan stimulus bagi masyarakat AS yang terdampak pandemi diharapkan dapat memutar kembali roda perekonomian yang sempat terkunci dan hampir mandek. Stimulus ini juga diharapkan mampu membantu pemulihan permintaan minyak di negara konsumen bahan bakar fosil terbesar di dunia itu.
“Harapan untuk stimulus ekonomi di Amerika Serikat dan negara-negara lain untuk memerangi penurunan konsumsi yang disebabkan pandemi diperkirakan akan membatasi kerugian tetapi pengurangan produksi yang direncanakan OPEC + juga akan membatasi keuntungan di masa depan,” kata Yoshida.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Bisnis.com