Euforia Sesaat, IHSG Terkapar karena Trump Mau Setop Stimulus

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Rabu (7/10/20) di buka merah 0,45% di level 4.976,56. Selang 5 menit IHSG masih berkutat di zona merah dengan penurunan 0,51% di level 4.973,75 dampak dari demonstrasi dan mogok kerja buruh yang berlarut-larut akibat disahkanya Omnibus Law dan negosiasi paket stimulus di Amerika Serikat (AS) yang di stop Presiden AS, Donald Trump.

Data perdagangan mencatat, investor asing melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 14 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 4 triliun.

Saham yang paling banyak dilego asing hari ini adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan jual bersih sebesar Rp 46 miliar dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) yang mencatatkan net sell sebesar Rp 6 miliar.

Sementara itu saham yang paling banyak dikoleksi asing hari ini adalah PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan beli bersih sebesar Rp 13 miliar dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan net buy sebesar Rp 10 miliar.

Bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup anjlok pada perdagangan Selasa (6/9/2020), menyusul keputusan sepihak Presiden AS Donald Trump untuk menghentikan negosiasi stimulus dengan Partai Demokrat.

Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 375,9 poin (-1,3%) pukul 08:30 waktu setempat (20:30 WIB) ke 27.772,76, dan longsor setelah Trump mencuitkan pesan penghentian negosiasi.

“Aku telah memerintahkan perwakilanku untuk berhenti bernegosiasi sampai dengan pemilihan presiden usai. Secepat mungkin setelah aku menang, kita akan meloloskan UU Stimulus yang terfokus pada pekerja keras di AS dan usaha kecil,” tutur Trump dalam cuitannya.

Cuitan itu membalik bursa saham, yang sempat menguat hingga lebih dari 200 poin. Indeks S&P 500 melemah 1,4% ke 3.360,95 berbarengan dengan Nasdaq yang turun 1,61% ke 11.154,6. Padahal, keduanya sempat menguat sebelum aksi cuit Trump.

Pada sesi perdagangan pagi, Wall Street memang menghijau karena Ketua Federal Reserve Jerome Powell Kembali menyerukan pentingnya ada tambahan bantuan fiskal, karena perekonomian bakal membutuhkan itu untuk terus melanjutkan pemulihan.

“Bahkan jika aksi kebijakan itu akhirnya terbukti melebihi dari yang diperlukan, tidak akan ada yang terbuang,” ujarnya. “Pemulihan akan lebih kuat dan cepat jika kebijakan moneter dan fiskal berjalan beriringan menyediakan dukungan hingga ekonomi keluar dari semak belukar.”

Menanggapi aksi Trump, Ketua DPR AS Nancy Pelosi menilai mantan taipan properti itu mendahulukan “dirinya di atas kepentingan negara.”

“Menjauh dari pembicaraan terkait corona menunjukkan bahwa Presiden Trump tak ingin menggilas virus tersebut, sebagaimana dibutuhkan dalam Tindakan Kepahlawanan,” ujarnya.

Dari dalam negeri, aksi demo di beberapa tempat yang memanas dan mogok nasional masih akan membagikan sentimen negatif bagi investor. Efek jangka panjang UU Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja (Ciptaker) untuk sementara tertunda oleh efek jangka pendek penolakan buruh.

Harapan pun tertuju pada Bank Indonesia (BI) untuk membagikan sentimen positif dari rilis cadangan devisa September. Sayangnya, Tradingeconomics memperkirakan angka cadangan devisa bakal di level US$ 134,1 miliar atau turun dari posisi Agustus sebesar US$ 137 miliar.

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Bisnis Tempo.co

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *