Corona Udah Tembus 32 Juta, Harga Minyak Balik ke US$40/barel
Harga minyak mentah menguat tipis pada perdagangan pagi ini Jumat (25/9/2020). Kenaikan harga terjadi di tengah terus melonjaknya kasus infeksi Covid-19 di berbagai belahan dunia.
Pada 09.15 WIB, harga minyak berjangka Brent naik 0,1% ke US$ 41,98/barel dan minyak berjangka patokan AS yakni West Texas Intermediate (WTI) menguat 0,17% ke US$ 40,38/barel.
Data badan administrasi energi AS menunjukkan stok minyak AS baik untuk jenis minyak mentah (crude), bensin dan distilat kompak mengalami penurunan. Hal ini cukup menjadi sentimen positif untuk pasar.
Namun kenaikan kasus infeksi virus corona di berbagai belahan dunia terutama di AS membuat cemas permintaan minyak bakal drop lagi seiring dengan adanya wacana penerapan kembali pembatasan hingga lockdown di beberapa tempat seperti di Inggris.
Sampai dengan hari ini total penderita Covid-19 secara global telah mencapai 32 juta orang. Korban meninggal akibat penyakit ganas ini pun nyaris menyentuh angka 1 juta di berbagai penjuru dunia.
Dari sisi pasokan, kabar yang membuat cemas pasar adalah kembali dibukanya ladang minyak Libya yang berpotensi menambah pasokan minyak di pasar ketika ada ancaman kembali turunnya permintaan.
“Prospek kembalinya minyak Libya ke pasar menambah sentimen bearish,” kata RBC Capital Markets dalam sebuah catatan. “Namun, kami pikir kembalinya pasokan akan lambat dan berpotensi berbalik keadaan karena kondisi politik dan keamanan yang tidak stabil.” tambahnya, mengutip Reuters.
Sementara itu wilayah Teluk Mexico terus diterpa badai. Setelah Badai Laura dan Badai Tropis Sally kini ada Badai Beta yang berpotensi mengganggu produksi maupun distribusi pengiriman minyak hingga aktivitas kilang.
Independent Commodity Intelligence Services (ICIS) melaporkan saat Beta mendekati pantai Texas, itu dapat mengancam beberapa pabrik kimia, kilang dan terminal yang mengekspor minyak, bahan bakar, gas alam cair (LNG) dan cairan gas alam (NGL) seperti etana dan gas petroleum cair (LPG).
Badai Beta disebut telah memicu hujan deras dan menyebabkan banjir di beberapa daerah seperti Texas, Mississipi hingga Houston. S&P Global melaporkan saat ini Kurang dari 10% volume minyak dan gas Teluk tetap offline pada 21 September dari efek Badai Sally minggu lalu.
Sebagian besar produksi masih offline yang berasal dari platform Perdido Shell di Teluk barat yang ditutup sebelum Badai Tropis Beta menerjang. Adanya ancaman disrupsi rantai pasok serta kemungkinan melambatnya pasokan dari Libya membuat harga sedikit tertahan dari koreksi lanjutan.
Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Bisnis.com