Trump Kecam China Lagi Soal Covid-19, Emas Siap Bangkit

Harga emas dunia masih terus tertekan akibat penguatan dolar AS. Namun ketegangan Washington dengan Beijing memberi ruang logam kuning itu untuk naik pagi ini, Rabu (23/9/2020).

Pada 08.40 WIB, harga emas global di pasar spot menguat 0,13% ke US$ 1.902,27/troy ons. Kemarin harga emas melorot ke bawah US$ 1.900 dan ditutup di level US$ 1.899,28/troy ons.

Indeks dolar menguat ke level tertingginya dalam dua bulan dan menyebabkan harga emas tertekan. Dolar AS dan emas bergerak berlawanan. Ketika dolar AS menguat, harga emas cenderung melemah. Begitu juga sebaliknya.

Emas dibanderol dalam greenback, sehingga penguatan mata uang Negeri Paman Sam itu akan membuat harga emas menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lain. Di sisi lain, analis melihat penurunan emas saat ini juga disebabkan oleh faktor teknikal.

“Ketika kita melihat emas dan saham anjlok bersamaan, artinya investor butuh uang tunai. Logam mulia selalu menjadi sumber yang menarik untuk mendapatkan uang tunai. Hal tersebut merupakan faktor yang sudah berlalu, saat ini kami berpikir faktor dolar dan teknikal” kata Chris Gaffney dari TIAA Bank kepada Reuters.

“Dolar masih tetap kokoh dan secara fundamental memberatkan harga emas” lanjutnya.

The Fed selaku bank sentral AS juga masih akan mempertahankan stance dovish-nya mengingat pemulihan ekonomi ke depan masih penuh dengan ketidakpastian.

Sang ketua, Jerome Powell menegaskan bank sentral akan melakukan hal lebih banyak lagi untuk mencapai sasaran inflasi di angka rata-rata 2% dan mencapai maximum employment di hadapan kongres.

Diskusi seputar kelanjutan stimulus atau bantuan Covid-19 di AS antara partai republik dan demokrat sejak Agustus lalu juga membuat harga emas yang kala itu berada di level tertingginya langsung ambles.

Ketiadaan kabar baru seputar stimulus memang memberatkan sang logam kuning. Pasalnya sebagai aset untuk lindung nilai (hedging) kenaikan harga emas dipicu oleh adanya ekspektasi inflasi yang tinggi di masa depan.

Inflasi yang tinggi mencerminkan pasokan uang beredar yang banyak sehingga mengalami penurunan nilai (depresiasi). Hal ini dapat terjadi ketika stimulus besar-besaran masih akan digelontorkan oleh pemerintah maupun bank sentral.

Namun ada sedikit kabar yang membuat harga emas mampu bangkit dari level di bawah US$ 1.900/troy ons. Apalagi kalau bukan AS-China. Kemarin Presiden AS Donald Trump menyampaikan pidatonya di hadapan Majelis Umum PBB soal Covid-19.

Lagi-lagi, mantan taipan properti AS itu menuduh dan menuntut China atas terjadinya pandemi Covid-19. “Kita harus meminta pertanggungjawaban bangsa yang melepaskan wabah ini ke dunia, China, “katanya dalam sambutan yang direkam pada hari Senin dan disampaikan dari jarak jauh ke Majelis Umum karena pandemi.

“Pemerintah China, dan Organisasi Kesehatan Dunia – yang secara virtual dikendalikan oleh China – secara keliru menyatakan bahwa tidak ada bukti penularan dari manusia ke manusia,” lanjutnya.

“Belakangan, mereka dengan keliru mengatakan orang tanpa gejala tidak akan menyebarkan penyakit … PBB harus meminta pertanggungjawaban China atas tindakan mereka.” pungkas Trump.

Namun Duta Besar China untuk PBB Zhang Jun menolak tuduhan Trump terhadap China sebagai hal yang “tidak berdasar” dan mengatakan “kebohongan yang diulang ribuan kali masih merupakan kebohongan.”

Ketegangan antara dua raksasa ekonomi global yang terus tereskalasi dan tak menemukan titik temu membuat prospek pemulihan ekonomi global menjadi semakin tak menentu. Hal ini merupakan kabar baik untuk emas sebagai aset safe haven.

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Bisnis.com

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *