AS Sedang Rusuh, Emas Malah Kena Profit Taking

Kerusuhan yang terjadi di Amerika Serikat (AS) akibat tewasnya warga kulit hitam bernama George Floyd tak menurunkan risk appetite investor. Di tengah ketegangan yang terjadi, harga emas malah terpeleset.

Rabu (3/6/2020), harga emas di pasar spot dibanderol US$ 1.723,65 pada perdagangan pagi waktu Asia pukul 07.55 WIB. Harga emas terkoreksi 0,24% pagi ini. Sementara kemarin harga emas ambles 1%.

Menyambut kembali dibukanya perekonomian, investor seolah tak mempedulikan tensi geopolitik Washington-Beijing serta gelombang demonstrasi yang merebak di berbagai negara bagian AS.

Kematian warga kulit hitam George Floyd kembali memunculkan isu rasisme dan memicu reaksi para demonstran turun ke jalan raya. Kegaduhan yang terjadi membuat Presiden AS Donald Trump sampai mengerahkan personel militer untuk mengamankan kerusuhan.

“Saya memobilisasi semua sumber daya federal dan lokal, sipil dan militer, untuk melindungi hak-hak hukum orang Amerika yang taat,” kata Trump dalam pidato di Gedung Putih, Senin (1/6/2020).

“Hari ini saya sangat merekomendasikan kepada setiap gubernur untuk mengerahkan Pengawal Nasional (Garda Nasional) dalam jumlah yang cukup sehingga kita mendominasi jalanan. Walikota dan gubernur harus membangun kehadiran yang luar biasa sampai kekerasan diatasi,” tambah Trump, sebagaimana dilaporkan CNBC International.

“Jika kota atau negara bagian menolak mengambil tindakan yang diperlukan untuk mempertahankan kehidupan dan properti warga mereka, saya akan menurunkan pasukan militer AS dan segera menyelesaikan masalah mereka,” tegas Trump.

Meski terus berlangsung, investor seolah mengabaikan kerusuhan ini. Wall Street tetap melaju kencang dan ditutup manis dini hari tadi. Indeks Dow Jones memimpin penguatan sebesar 1,1% ke 25.742,65, disusul S&P 500 0,8% ke 3.080,82, dan Nasdaq 0,6% ke 9.608,37.

Tema besar di pasar masih sama yaitu pembukaan ekonomi dan menyongsong New Normal. Selera investor terhadap risiko memang berangsur pulih dan memburu aset-aset seperti saham. Harga emas yang sudah naik signifikan membuat investor tergoda untuk ambil untung (profit taking).

“Pasar sedang melihat ke depan (forward looking). Dalam 3 bulan atau 9 bulan mendatang, semua akan terkendali. Perekonomian kembali dan earning juga akan pulih” kata Steven DeSanctis, ahli strategi saham di Jefferies.

“Ada kelanjutan optimisme sehubungan dengan pembukaan kembali ekonomi, yang ditunjukkan dengan reli ekuitas yang sedang berlangsung … Di bawah premis itu, mudah untuk memahami emas menjadi rentan [koreksi],” kata David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures, mengutip Reuters.

Walau jatuh, para analis melihat prospek logam mulia secara keseluruhan masih positif. Harga bullion telah naik lebih dari 18% setelah menyentuh level terendah dalam empat bulan terakhir mendekati US$ 1.450,98 pada Maret lalu.

Melesatnya harga emas sebagian besar diuntungkan oleh ketidakpastian ekonomi yang dipicu oleh pandemi dan banjirnya stimulus dari bank sentral global.

Meskipun anjloknya harga minyak mentah global memicu terjadinya deflationary effect, ke depan kemungkinan masih akan ada stimulus yang digelontorkan untuk menyelamatkan perekonomian. Hal ini membuat emas masih digandrungi dan menjadi salah satu aset yang digenggam para investor.

Beralih ke front Washington-Beijing, China dikabarkan menginstruksikan BUMN miliknya untuk menghentikan impor kedelai dan daging babi AS dalam skala besar. Tak sampai di situ saja, berdasarkan informasi yang diperoleh Reuters mengatakan pembelian jagung dan kapas dari AS juga ditunda.

“Jika Anda melihat emosi yang memanas antara AS dan China atas Hong Kong dan itu akan mengubah dinamika perdagangan dengan Hong Kong, maka akan semakin banyak orang akan tertarik pada emas,” kata Michael Matousek, kepala pedagang di Global Investors AS.

Emas sebagai aset safe haven dan lindung nilai (hedging) mendapat berkah dari ketidakpastian serta potensi penurunan nilai mata uang akibat inflasi. Sehingga wajar saja jika harga emas masih belum mau turun dari level tertingginya dalam tujuh tahun terakhir di US$ 1.700/troy ons.

 

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Tirto.ID

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *