AS Tabuh Genderang ‘Perang’ Lagi ke China, Harga Emas Turun

Harga logam mulia emas awal pekan ini sedikit setelah menguat akhir pekan lalu akibat kekhawatiran perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan Chna akan kembali lagi.

Senin (4/5/2020), pada 07.40 WIB harga emas dunia di pasar spot melorot 0,13% ke US$ 1.696,92/troy ons. Padahal Jumat akhir pekan lalu, harga emas di pasar spot ditutup di US$ 1.699,12/troy ons mendekati level psikologis terdekatnya yakni di US$ 1.700/troy ons.

Reli yang terjadi dalam kurun waktu sehari ini dipicu oleh pernyataan Presiden AS ke-45 Donald Trump yang mengancam akan mengenakan tarif baru untuk Beijing seiring dengan merebaknya pandemi Covid-19 di AS yang menginfeksi hingga 1,16 juta warga AS dan menelan 67 ribu lebih korban jiwa.

Ancaman Trump tersebut kembali memunculkan kekhawatiran bahwa perang dagang antara dua raksasa ekonomi global akan kembali berkecamuk dan membuat prospek ekonomi malah tambah suram.

Tak bisa dipungkiri, akibat pandemi Covid-19 yang awalnya merebak di China, sekitar 30,3 juta warga AS harus kehilangan pekerjaannya dan ekonomi Negeri Paman Sam mengalami kontraksi terdalam sejak 2008. Ya, pada kuartal pertama 2020 ekonomi AS tercatat minus 4,8% (annualized).

Realita tersebut membuat taipan properti Negeri Adidaya tersebut gusar. Prioritas AS di bawah Trump sekarang lebih ke menyorot peran China yang dianggapnya sebagai sumber masalah utama pandemi yang saat ini merebak. Kesepakatan dagang antara Washington dan Beijing pun dinomor duakan untuk saat ini.

“Kami menandatangani kesepakatan perdagangan di mana mereka seharusnya membeli, dan mereka sebenarnya telah membeli banyak. Namun sekarang itu menjadi prioritas kedua akibat virus ini,” kata Trump kepada wartawan. “Situasi [merebaknya] virus tidak dapat diterima” tambahnya sebagaimana diwartakan oleh Reuters.

Walau sempat menguat akhir minggu kemarin, pada perdagangan kali ini harga emas tergelincir lantara dolar AS yang menguat. Maklum perdagangan emas ditransaksikan dalam mata uang dolar greenback. Sehingga ketika dolar menguat, harga emas menjadi semakin mahal bagi pemegang mata uang lain.

Pada pagi ini indeks dolar yang mengukur keperkasaan mata uang Paman Sam di hadapan enam mata uang lainnya itu menguat 0,21%. Indeks dolar cenderung menguat sejak 30 April lalu.

Sebenarnya dengan adanya ancaman Trump tersebut, logam mulia emas berpotensi untuk kembali menguat. Ketika perang dagang kembali berkecamuk artinya prospek dan pemulihan ekonomi pasca pandemi akan semakin sulit tercapai. Sehingga aset safe haven seperti emas menjadi pilihan investor untuk menyelamatkan diri.

“Kami melihat terjadi pelemahan di pasar saham AS. Tampaknya Trump mengisyaratkan kebangkitan perang perdagangan,” kata Phil Streible, kepala strategi pasar di Blue Line Futures di Chicago, melansir Reuters.

“Artinya, banyak investor yang melikuidasi berbagai kelas aset yang mungkin terpengaruh oleh itu dan kembali ke aset minim risiko untuk menyelamatkan diri, khususnya emas,” imbuhnya.

Di sisi lain, investor juga mencermati rilis data perekonomian yang buruk ke depannya sehingga membuat pemerintah dan bank sentral terus menggelontorkan stimulus untuk menyelamatkan perekonomian. Banjir stimulus yang terjadi sebenarnya juga dilihat sebagai peluang oleh investor untuk memasukkan logam mulia ke dalam portofolionya.

“Bagaimanapun juga, narasi emas tidak banyak berubah. Kita akan melihat suramnya data ekonomi selama beberapa bulan ke depan dan bank sentral, termasuk The Fed AS akan terus memberikan kelonggaran yang membuka emas untuk naik lebih tinggi,” kata Stephen Innes, kepala strategi pasar di perusahaan jasa keuangan AxiCorp.

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Konfrontasi

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *