Hubungan AS-China Tak Pasti, Dolar Rawan Koreksi

Pergerakan indeks dolar Amerika Serikat (AS) kembali terkoreksi pada perdagangan pagi ini, Selasa (27/8/2019), di tengah ketidakpastian seputar hubungan dagang AS dan China.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap sejumlah mata uang dunia, melemah 0,087 poin atau 0,09 persen ke level 97,994 pada pukul 08.31 WIB dari level penutupan perdagangan sebelumnya.

Pada perdagangan Senin (26/8), indeks dolar AS mampu rebound dan berakhir di zona hijau dengan penguatan 0,45 persen atau 0,441 poin di level 98,081.

Dilansir dari Reuters, penguatan dolar AS didorong tanda-tanda pemulihan hubungan antara pemerintah AS dan China yang dapat meredakan sebagian keresahan investor setelah ketegangan perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia tersebut memanas akhir pekan kemarin.

Presiden AS Donald Trump pada Senin (26/8) mengungkapkan bahwa China telah meminta agar perundingan perdagangan antara kedua negara dimulai kembali.

Permintaan itu disampaikan beberapa jam setelah Wakil Perdana Menteri China Liu He menyerukan kedua belah pihak untuk bersikap tenang di tengah memanasnya tensi perdagangan antara kedua negara akibat rencana pengenaan tarif baru terhadap satu sama lain.

“China tadi malam menghubungi orang-orang perdagangan kami dan mengajak untuk bernegosiasi kembali,” tutur Trump di sela-sela pertemuan G7 di Biarritz, Prancis.

“Mereka ingin membuat kesepakatan. Kami akan segera memulai dan bernegosiasi dan melihat apa yang terjadi tetapi saya pikir kami akan membuat kesepakatan,” tambah Trump.

Komentarnya itu serta merta mendongkrak dolar AS, yang sempat terguncang oleh pengumuman Trump pada Jumat (23/8) tentang rencana pengenaan bea tambahan 5 persen terhadap barang-barang senilai US$550 miliar asal China.

“Saya cukup terkejut dengan kenaikan yang besar pada dolar AS semalam. Tapi tidak jelas apa yang akan dilakukan AS dan China selanjutnya. Saya memperkirakan dolar AS akan berkonsolidasi untuk saat ini,” ujar Kyosuke Suzuki, Direktur Forex di Societe Generale.

Meski Washington dan Beijing menunjukkan keinginan untuk kembali ke meja perundingan, masih ada keraguan di pasar keuangan mengingat tidak adanya arah yang jelas tentang hubungan kedua negara.

Konflik perdagangan antara dua negara berekonomi terbesar di dunia tersebut telah berlangsung selama lebih dari setahun serta memengaruhi pertumbuhan global, laba perusahaan, dan investasi.

Para analis masih mengkhawatirkan rencana kenaikan tarif masing-masing negara dapat menyebabkan lebih banyak kerugian pada ekonomi AS dan China serta rantai pasokan global.

Risiko yang meningkat terhadap pertumbuhan meningkatkan peluang pelonggaran moneter lebih lanjut oleh Federal Reserve, yang telah berada di bawah tekanan dari Trump untuk melakukan pemangkasan suku bunga besar-besaran, sekaligus melemahkan daya tarik imbal hasil dolar.

 

 

 

 

Sumber : bisnis.com
Gambar : Bisnis.com

 

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *