AS Buka Lockdown, Emas Antam Naik ke Rp942 Ribu per Gram

Harga jual emas PT Aneka Tambang (Persero) Tbk atau Antam berada di posisi Rp942 ribu per gram pada Jumat (17/4) atau naik Rp3.000 dari Rp939 ribu per gram pada Kamis (16/4). Begitu juga dengan harga pembelian kembali (buyback) naik Rp3.000 per gram dari Rp837 ribu menjadi Rp840 ribu per gram pada hari ini.

Berdasarkan data Antam, harga jual emas berukuran 0,5 gram senilai Rp495,5 ribu, 2 gram Rp1,83 juta, 3 gram Rp2,72 juta, 5 gram Rp4,53 juta, 10 gram Rp8,99 juta, 25 gram Rp22,38 juta, dan 50 gram Rp44,68 juta. Kemudian, harga emas berukuran 100 gram senilai Rp89,3 juta, 250 gram Rp223 juta, 500 gram Rp445,8 juta, dan 1 kilogram Rp891,6 juta.

Harga jual emas tersebut sudah termasuk Pajak Penghasilan (PPh) 22 atas emas batangan sebesar 0,45 persen bagi pemegang Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Bagi pembeli yang tidak menyertakan NPWP memperoleh potongan pajak lebih tinggi sebesar 0,9 persen.

Sementara harga emas di perdagangan internasional berdasarkan acuan pasar Commodity Exchange COMEX berada di posisi US$1.728,5 per troy ons atau terkoreksi 0,18 persen. Sedangkan harga emas di perdagangan spot anjlok 0,4 persen ke US$1.710,8 per troy ons pada pagi ini.

Analis sekaligus Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra mengatakan harga emas di pasar internasional akan melemah pada hari ini. Proyeksinya, harga emas bergerak di kisaran US$1.685 sampai US$1.740 per troy ons.

Ariston melihat sentimen utama datang dari rencana pembukaan kebijakan penutupan akses wilayah (lockdown) di Amerika Serikat. Presiden AS Donald Trump mengumumkan pembukaan lockdown akan dilakukan dalam tiga tahap.

Secara total, setidaknya ada 29 negara bagian yang bisa membuka lockdown dalam waktu dekat. “Pasar langsung diliputi sentimen positif untuk aset berisiko. Harga emas tertekan dengan sentimen ini,” kata Ariston kepada CNNIndonesia.com, Jumat (17/4).

Selain itu, sentimen juga datang dari kemajuan pembuatan obat penyembuhan virus corona atau Covid-19 oleh salah satu perusahaan AS, Gilead Sciences. Hal ini memberi angin segar di tengah penyebaran virus yang sudah menembus 2,15 juta kasus positif di seluruh dunia.

Kendati begitu, menurut Ariston, pelemahan harga emas kemungkinan tidak terlalu dalam. Sebab, ada sentimen lain yang menopang pelemahan, yaitu kekhawatiran pasar uang masih tinggi karena proyeksi pertumbuhan ekonomi global dan negara-negara skala besar belum membaik.

Salah satunya terlihat dari proyeksi pertumbuhan ekonomi China yang masih berada di kisaran minus 6,2 persen. Kemudian, data produksi industri Negeri Tirai Bambu diperkirakan bisa mencapai minus 7 persen.

“Perburukan ekonomi karena wabah bisa mendongkrak kembali harga emas,” ucapnya.

 

 

 

 

Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Liputan6.com

 

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *