Wall Street Tertekan Pelemahan Harga Minyak Dunia

Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street jatuh pada akhir perdagangan Selasa waktu setempat (Rabu pagi WIB) dipicu penurunan harga minyak dunia.

Melansir Reuters, Jakarta, Rabu (8/4/2020), indeks Dow Jones Industrial Average turun 26,13 poin atau 0,12%, menjadi 22.653,86, indeks S&P 500 turun 4,27 poin atau 0,16%, menjadi 2.659,41 dan indeks Nasdaq Composite turun 25,98 poin atau 0,33%, menjadi 7.887,26.

Pergerakan Wall Street juga dipengaruhi sentimen pandemi virus corona atau Covid-19 di AS. Indeks S&P pun awalnya naik 7% pada perdagangan Senin, setelah pejabat kesehatan mengatakan pandemi tersebut dapat membunuh lebih sedikit orang Amerika daripada yang ditunjukkan dalam proyeksi terbaru. Namun, justru proyeksi tersebut berbeda dengan faktanya saat ini.

Gubernur New York Andrew Cuomo mengatakan, di New York menjadi episentrum (pusat) virus di Amerika Serikat hampir mencapai puncak dalam jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit.

“Pasar melihat beberapa petunjuk kabar baik dalam hal virus. Kami tahu kami memiliki The Fed dan banyak stimulus, stimulus fiskal datang,” kata ahli strategi pasar global senior Wells Fargo Investment Institute Scott Wren di St. Louis, Missouri.

Sektor energi dan material adalah sektor dengan kinerja terbaik dari putaran agresif stimulus fiskal dan moneter AS dalam sebulan terakhir membantu meningkatkan selera risiko untuk sebagian besar sesi.

Namun, penurunan harga minyak naik karena minyak mentah AS turun lebih dari 9% karena pasokan membengkak dan investor memicu ekspektasi untuk kesepakatan cepat tentang pengurangan produksi antara produsen utama.

Investor juga bersiap untuk memburuknya data ekonomi dan pendapatan perusahaan dalam beberapa minggu mendatang.

“Minyak penting karena sekitar 20% dari pasar obligasi hasil tinggi adalah energi. Sektor energi memiliki puluhan ribu pekerjaan bergaji tinggi dan ada banyak pengeluaran modal yang terjadi di sektor ini juga,” kata Wren.

Ukuran ketakutan Wall Street telah terus mundur dari puncak 12 tahun dalam beberapa hari terakhir, tetapi volatilitas diperkirakan akan tetap tinggi karena perusahaan bersiap untuk melaporkan penurunan yang diharapkan dalam pendapatan kuartal pertama dan menguraikan rencana yang lebih drastis untuk meningkatkan cadangan kas.

 

 

 

 

Sumber : okezone.com
Gambar : Bisnis.com

 

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *