Trump Bujuk Arab Saudi dan Rusia, Harga Minyak Dunia Meroket
Harga minyak mentah dunia meroket hingga 25 persen usai Presiden AS Donald Trump membujuk Arab Saudi dan Rusia mengurangi produksi mereka. Arab Saudi dan Rusia sebelumnya bersitegang mengenai peningkatan produksi dan mengakibatkan harga minyak merosot, terparah dari 18 tahun terakhir.
Mengutip Antara, Jumat (3/4), harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei melonjak US$5,20 atau 21 persen ke posisi US$29,94 per barel.
Sementara, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) pengiriman di Mei meningkat US$5,01 atau 24,7 persen menjadi US$25,32 per barel.
Trump mengaku telah berbicara dengan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman. Dalam pembicaraan itu ia membujuk Arab Saudi dan Rusia untuk mengurangi produksi minyak sebanyak 10 juta hingga 15 juta barel.
Sebelumnya, ia juga telah berbincang dengan Presiden Rusia Valdimir Putin melalui sambungan telepon. Baik Rusia maupun Arab Saudi mengisyaratkan kesediaannya membuat kesepakatan.
Seperti diketahui, dua produsen minyak itu gagal mencapai kesepakatan pemangkasan produksi menyusul terjunnya permintaan pada awal Maret.
Sebuah media pemerintah Saudi mengatakan pihak kerajaan meminta pertemuan darurat dengan anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk menghadapi gejolak pasar.
Kesepakatan pengurangan produksi kali ini dinilai cukup besar lantaran membutuhkan partisipasi dari produsen-produsen besar lain di luar OPEC.
Sementara itu, Wall Street Journal sebagaimana dikutip melaporkan kerajaan akan mempertimbangkan untuk menurunkan produksi menjadi 9 juta barel per hari (bph). Jumlah itu turun 3 juta bph dari rencana produksi Arab Saudi sebelumnya, yakni 12 juta bph pada April mendatang.
Penyebaran pandemi virus corona menekan tajam permintaan bahan bakar. Akibatnya, harga minyak mentah AS turun di bawah level US$20 per barel dalam beberapa hari terakhir.
Permintaan bahan bakar diperkirakan jatuh 20 persen hingga 30 persen dalam beberapa bulan mendatang. Penurunan ini mendesak produsen-produsen minyak untuk segera membuat kesepakatan pengurangan produksi.
Bahkan, Trump mengakui semakin frustrasi terkait harga minyak mentah dan pengaruhnya terhadap industri energi.
Meski Arab Saudi mengisyaratkan pemangkasan produksi, Analis di Capital Economics menilai Arab Saudi tidak mungkin mau memotong produksi, kecuali Rusia dan produsen non-OPEC lainnya, seperti Amerika Serikat dan Kanada ikut memangkas produksinya.
“Meskipun menjadi berita utama hari ini, kami tetap skeptis bahwa kesepakatan untuk memotong produksi akan terwujud,” tandasnya.
Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : Portonews.com
[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]