Hati-hati, Wabah Virus Corona Ancam Devisa Pariwisata RI

Wabah Virus Corona terus menyebar ke sejumlah negara sejak ditemukan pada akhir 2019. Virus itu setidaknya sudah menjalar ke Taiwan, Nepal, Jepang, Korea Selatan, Kamboja, Sri Lanka, Thailand, Vietnam, Malaysia, Singapura, Australia, Amerika Serikat, Kanada, dan Prancis sejak pertama kali ditemukan di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China.

Berbagai negara pun sudah mengeluarkan peringatan perjalanan terhadap warga negara mereka yang perlu bepergian ke China. Bahkan, beberapa diantaranya, seperti Prancis dan AS mulai menegosiasikan kepulangan para warga mereka dari Negeri Tirai Bambu.

Sebab, wabah terus meluas meski pemerintah China telah mengisolasi Wuhan. Saat ini saja setidaknya 82 orang meninggal dan lebih dari 2.700 orang telah terinfeksi virus corona.

Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan virus Corona akan berdampak ke perekonomian karena mengganggu aktivitas manusia. Dampak ekonomi akan dimulai di China dan turut menjalar ke berbagai negara yang berhubungan dengan China.

Terbukti, berita wabah virus Corona setidaknya sudah menjadi sentimen di sektor keuangan dalam beberapa hari terakhir. Kendati begitu, menurut Andry, ada beberapa sektor ekonomi yang terkena dampak penyebaran virus ini.

“Yang paling terdampak dari ini adalah bisnis travelling, pesawat, dan lain-lain,” ungkapnya, Senin (27/1).

Dampak bagi sektor itu mungkin pula dirasakan oleh Indonesia. Sebab, Indonesia mendapat aliran wisatawan China yang cukup deras.

Hanya saja, ia belum bisa memperkirakan seberapa besar dampaknya. Pasalnya, ini semua bergantung pada penanganan dan antisipasi dari pemerintah China serta negara lainnya dalam beberapa waktu ke depan.

“Mungkin ada (dampak ke Indonesia), tapi dampaknya sih saya rasa tidak signifikan. Apalagi Indonesia lebih berjarak dengan negara-negara di kawasan,” ujarnya.

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah Redjalam turut menilai wabah virus Corona kemungkinan belum besar dampaknya ke ekonomi Indonesia. Meski beberapa sektor usaha bersinggungan langsung, seperti wisata.

Begitu pula dengan negara-negara lain yang telah positif terjangkit virus tersebut. Dampak ekonomi terbesar saat ini, katanya, masih dialami oleh Kota Wuhan karena tengah terisolasi. Bahkan, beberapa toko ritel, seperti McDonalds dan Starbucks telah menghentikan aktivitas perdagangan di Wuhan.

“Dampak cukup signifikan masih di China karena Wuhan diisolasi, kegiatan ekonomi terhenti di sana,” ucapnya kepada CNNIndonesia.com.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Association of The Indonesian Tours And Travel Agencies/ASITA) Budijanto Ardiansjah memperkirakan sektor wisata Indonesia menjadi yang paling terancam dengan penyebaran Virus Corona saat ini. Apalagi, Indonesia dan China merupakan mitra di sektor wisata.

“Dampaknya sudah mulai terasa (di Indonesia). Pemerintah saat ini cukup dilematis karena dis atu sisi kita (Indonesia) mengharapkan wisatawan China, tapi disisi lain saat ini ada wabah virus Corona,” tutur Budijanto.

Apalagi, sambungnya, sudah ada pengalihan rute penerbangan dari Indonesia ke China. Padahal sebelumnya maskapai nasional beramai-ramai membuka penerbangan langsung ke China demi menggaet wisatawan sana.

Tak hanya itu, Indonesia pun sudah mulai melakukan pembatasan bagi wisatawan China untuk menginap di Tanah Air. Salah satunya terjadi di Padang, Sumatera Barat.

Ia pun menilai pembatasan penerbangan dan kunjungan wisatawan masih akan terjadi untuk tiga sampai enam bulan ke depan. Dengan estimasi ini, ia memperkirakan kunjungan wisatawan China ke dalam negeri akan menyusut sampai separuhnya. Padahal, rata-rata pengeluaran turis China di Indonesia sekitar US$1.000 per kunjungan atau Rp14 juta per kunjungan (asumsi kurs Rp14 ribu per dolar AS).

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kunjungan wisatawan China ke Indonesia setidaknya mencapai 1,91 juta pada Januari-November 2019. Sementara pada Januari-Desember 2018, jumlah kunjungan wisatawan China mencapai 2,13 juta.

“Sebenarnya informasinya belum lengkap, jadi belum tahu persentase (pasti), tapi saya rasa bisa terjadi penurunan sampai separuh,” katanya.

Pemerintah sendiri menargetkan devisa dari turis asing dapat mencapai US$20 miliar per tahun atau sekitar Rp280 triliun.

Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Association of The Indonesian Tours And Travel Agencies/ASITA) Bali I Ketut Ardana mengatakan wabah virus Corona mulainya akan menghajar sektor wisata, khususnya Bali karena tengah sangat digandrungi oleh wisatawan China. Hal ini terbukti dari posisi China sebagai penyumbang nomor dua wisatawan bagi Bali.

Sementara nomor satu masih ditempati oleh Australia. Selain itu, tercatat, setidaknya ada 80 lebih biro perjalanan wisata di Bali yang melayani pemesanan dari China.

“Sekarang ini banyak yang cancel. Dampaknya juga akan ke hotel, resto, transport, toko souvenir guide, obyek wisata, dan sebagainya,” ungkapnya.

Sayangnya, ia belum bisa memperkirakan seberapa besar penurunan yang akan dialami oleh sektor wisata Bali. Hanya saja, ia meminta agar pemerintah terus berperan dalam menanggulangi dampak penurunan tersebut.

Sebab, sektor wisata memang paling rentan diserang oleh isu-isu semacam ini. Bahkan, tak hanya penyakit, isu bencana alam juga sebelumnya sudah menekan laju pertumbuhan pariwisata Bali.

Untuk itu, pemerintah perlu mewaspadai betul agar jangan sampai wabah virus Corona benar-benar masuk ke Indonesia. “Sepanjang tidak terjadi di Bali atau tidak ada yang terjangkit virus tersebut di Bali, akan sangat membantu kebertahanan destinasi,” ujarnya.

Di sisi lain, ia meminta pemerintah terus mengoptimalkan promosi wisata domestik ke negara-negara lain. Harapannya, agar kunjungan wisatawan dari negara lain bisa mengompensasi penyusutan potensi wisatawan dari China.

Ketua Asosiasi Hotel Bali (Bali Hotel Association/BHA) Ricky Putra mengaku dampak kekhawatiran virus Corona sejatinya sudah terasa di Bali. Hal ini tercermin dari pembatalan pemesanan kamar oleh para wisatawan China yang tidak jadi berlibur.

Namun begitu, ia belum bisa memberi gambaran pasti berapa banyak jumlah pembatalan reservasi hotel itu. “Ini akan berdampak tidak bagus ke depannya dan sudah mulai kami rasakan dalam beberapa hari ini,” ucapnya.

Ricky memberi proyeksi setidaknya ketika sektor wisata Indonesia tertekan akibat isu penyakit, terjadi penurunan sekitar 30 persen sampai 40 persen dari total kunjungan dan reservasi yang bisa didapat. Proyeksi ini merujuk pada kasus wabah SARS dan flu burung H5N1 yang juga pernah dikhawatirkan beberapa tahun lalu.

“Saya dengar (saat itu) bisa jatuh 30 persen sampai 40 persen, sangat berat,” imbuhnya.

Untuk itu, ia berharap ada antisipasi menyeluruh dari seluruh pihak yang bersinggungan dengan sektor wisata nasional agar wabah ini tidak terlalu menekan realiasi pertumbuhan pariwisata Indonesia.

Rugikan Dunia

Di dunia, virus Corona sejatinya sudah memberikan dampak, meski baru berupa sentimen. Hal ini terlihat dari pengaruh virus Corona ke pergerakan mata uang, harga emas, hingga harga minyak dunia.

Pada perdagangan sore kemarin, nilai tukar rupiah berada di Rp13.620 per dolar AS atau melemah 0,27 persen dari akhir pekan lalu. Tak hanya rupiah, sejumlah mata uang di dunia juga, seperti won Korea Selatan, dolar Singapura, hingga dolar Australia.

“Adanya kekhawatiran pasar karena China masih berjuang untuk menahan penyebaran virus Corona,” tutur Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi.

Virus Corona juga menyerang harga minyak mentah dunia. Tercatat, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret turun 2,2 persen menjadi US$60,69 per barel dan minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret melemah 2,5 persen ke level US$54,19 per barel.

Kendati begitu, harga emas justru melambung akibat virus Corona. Berdasarkan acuan pasar Commodity Exchange COMEX, harga emas berada di posisi US$1.587,1 per troy ons atau menguat 0,56 persen pada Senin (27/1). Begitu pula dengan harga emas di perdagangan spot naik 0,59 persen ke US$1.580,74 per troy ons.

“Sepanjang akhir pekan berita kenaikan jumlah kematian dan negara yang dimasuki virus Corona bertambah. Ini menjadi pemicu kenaikan harga emas karena pasar mencari aset aman,” kata Analis sekaligus Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra.

 

 

 

 

Sumber : cnnindonesia.com
Gambar : SINDOnews

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *