Bos BI Buka-bukaan Keperkasaan Rupiah di DPR

Di hadapan Anggota Komisi XI, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan alasan mengapa rupiah bisa menguat hingga di level Rp 13.600 per US$ di pasar spot pada Senin (27/1/2020).

Hari ini, Selasa (28/1/2020), US$ 1 dibanderol Rp 13.610 kala pembukaan pasar spot. Rupiah melemah 0,07% dibandingkan posisi penutupan perdagangan kemarin.

Perry mengatakan, pergerakan nilai rupiah yang menguat yang terjadi selama beberapa pekan kemarin, merupakan cerminan dari fundamental ekonomi Indonesia. Terutama karena inflasi yang rendah dan aliran modal asing yang cukup deras.

“Dari faktor fundamental dan kebijakan, sebagai faktor utama yang membuat nilai tukar menguat. Fundamental inflasi rendah dan aliran modal asing yang masuk, membuat positif nilai tukar,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo saat Rapat dengan DPR Komisi XI, Senin (27/1/2020).

Perry mencoba membandingkan posisi rupiah pada 2018 dan saat ini. Kata dia, berkaca pada 2018, rupiah sempat menyentuh level Rp 15.000/US$. Hal itu disebabkan karena modal asing yang keluar begitu signifikan.

Sementara saat ini, aliran modal asing yang masuk ke Indonesia cukup deras, sehingga membuat mata uang garuda bisa berada pada posisi pada kisaran Rp 13.800/US$.

“Karena defisit transaksi berjalan turun dan aliran asing modal memadai, itu kenapa rupiah menguat. Meskipun geopolitik berlanjut dan perang dagang terus bergulir. Kadarnya, itu premi risiko dan investasi di Indonesia menguat, spread ke Indonesia 60 bps, dulu sempat 100 bps,” ujarnya.

Di samping itu, kata Perry, mekanisme pasar telah berjalan sebagaimana mestinya, baik dari segi supply dan demand dari para eksportir dan importir. Perry juga mengklaim bahwa pelaku pasar percaya terhadap kebijakan-kebijakan yang dilakukan BI yang selalu berada di pasar.

BI Janji Tidak akan Buat Rupiah Terlalu Kuat

Pada kesempatan itu, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo juga mengatakan pihaknya akan menjaga nilai tukar rupiah sesuai fundamentalnya.

Oleh karenanya Perry menjamin, BI akan melakukan intervensi apabila rupiah terlalu menguat.

Jika ada pergerakan pasar tidak sejalan fundamental dan terlalu bergejolak, kami tidak segan stabilisasi rupiah baik spot, pembelian SBN [Surat Berharga Negara], dan dengan DNDF [domestic non-deliverable forward],” ujarnya.

Kendati demikian, Perry mengatakan, pergerakan rupiah saat ini bergerak sesuai mekanisme pasar. Menguatnya rupiah juga masih mendukung kegiatan ekonomi. Baik dari investasi, impor, dan ekspor.

Dari sektor ekspor, sebetulnya kata Perry penguatan rupiah akan berakibat pada penerimaan ekspor komoditas. Sebaliknya, penguatan rupiah akan mendorong penerimaan ekspor manufaktur.

“Ekspor manufaktur justru akan meningkat, sebab biaya produksi lebih rendah dan kompetitif. Oleh karena itu, ekspor elektronik, garmen, komoditas mesin, ini akan meningkat,” jelasnya.

 

 

 

 

Sumber : cnbcindonesia.com
Gambar : Katadata

 

 

 

 

[social_warfare buttons=”Facebook,Pinterest,LinkedIn,Twitter,Total”]

BAGIKAN BERITA INI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *